Hutan-hutan rimba, lautan tanpa nelayan,
Barisan lelaki tua mengepungmu tanpa ampun
Sendok teh berkarat mengiringi seduh yang teramat pedih
Lembar-lembar kertas yang kau pegang basah oleh air mata
Dinding-dinding kota berubah masif,
Melihatmu menangis dalam canda berujung magis,
Tawamu berubah jadi nyanyian sendu yang teriris
Gagak hitam berdiri menunggu senja yang tak lagi berarti,
Daun-daun kering hilang tersapu angin yang berubah dingin
Aku tak mengenalmu dalam balutan kain hitam,
Yang berlabuh dalam tubuh kumuh penuh lusuh
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!