“Sejak kapan, kau menjadi Bandar?” Aku melemparkan amplop cokelat berisi uang kearahnya.
“Apa maksudmu?”
“Barang apa tadi?” aku mendekatinya.
“Kau tidak perlu tau” Hanief membuang muka.
“Aku perlu tahu atau mungkin besok kau sudah ada di balik jeruji besi.”
“Jangan sok. kau tinggal lakukan apa yang kusuruh, lalu aku memberi bayaranmu. Apa susahnya?” Tangannya mengambil barang di laci mejanya.
“Apa yang kau lakukan?” Hanief menodongkan pistol dengan peredam suara ke arahku, membuatku berhenti mendekatinya.
“Jadi, sudah lama tak ada kabar dari Rio, ini yang kau lakukan kepadanya?” tanyaku tegas.
“Aku punya banyak orang, yang siap menghantarkan barang itu ke dia,” tangannya menarik pelatuk pistol.
“Lalu? Kau membunuh mereka semua?”
“Tidak, hanya kurir-kurir sok tau sepertimu dan Rio” tangan kirinya melemparkan uang bayaran ke arahku.