Mohon tunggu...
Zahhir Anwari
Zahhir Anwari Mohon Tunggu... Guru - Pengetahuan adalah senjata terkuat dalam memerangi kebodohan

hanya orang yang biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru : Antara Profesi dan Pengabdian

4 Januari 2025   03:27 Diperbarui: 4 Januari 2025   03:27 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pribadi penulis, SDN Pariok 1, Kecamatan Candi Laras Utara, Kabupaten Tapin

Foto ini diambil pada tanggal 04 Januari 2021

Tidak terasa sudah 4 tahun berlalu. Sepanjang perjalanan 4 tahun, banyak hal yang saya alami dan pelajari terkait pendidikan.

Bagi saya, menjadi guru bukanlah sebuah pekerjaan biasa, namun menjadi guru adalah sebagai bentuk pengabdian yang mulia.

Cita-cita saya sewaktu kecil bukan menjadi guru, karena pada dasarnya saya orangnya pemalu dan kurang fasih dalam berbicara. Sewaktu masih kecil saya pernah mengidap penyakit step. Penyakit ini rupanya masih membekas sampai saya duduk dibangku Madrasah Tsanawiyah. Saya mengalami kesulitan dalam berbicara, meskipun tidak terlalu parah, penyakit ini rupanya membuat saya tidak percaya diri untuk tampil didepan banyak orang. 2019 ketika ada pengadaan tes CPNS, saya termasuk orang yang tidak tertarik dengan dunia pemerintahan. Namun karena adanya desakan dan doa dari orangtua akhirnya saya beranikan diri untuk berkompetensi meskipun tanpa persiapan sama sekali. Hanya bermodalkan doa dan keberuntungan semata.

Sejatinya pengabdian memang tidak memandang berapa gaji dan upah yang dibayar, meskipun tidak dapat kita pungkiri bahwa guru juga sosok manusia biasa yang membutuhkan "gaji" untuk keperluan sehari-hari. Karena itu, agaknya kurang pantas jika jerih payahnya dalam mendidik dan mencerdaskan bangsa hanya dibalas dengan kata "terima kasih" dan senyuman manis belaka.

Jika membaca berita seorang guru yang mengayuh sepeda puluhan kilometer hanya untuk mendidik para murid dengan gajih yang terbilang jauh dari kata layak. Nampaknya pengabdian yang saya lakukan tidak sebanding dengan cerita tersebut. Masih banyak segudang cerita menarik tentang perjuangan seorang guru yang bisa kita baca dan ambil sebagai pelajaran.

Peran guru sangatlah vital dalam kehidupan seseorang. Profesi dokter belum tentu menghasilkan dokter, profesi polisi belum tentu menghasilkan polisi. Namun profesi guru, bisa menghasilkan dokter, polisi, TNI, Presiden, dan lain sebagainya. Tidak ada orang yang sukses tanpa peran guru.

Memilih profesi guru juga berarti harus siap dengan segala risiko yang melekat padanya, seperti banyak beban administrasi, beban kerja yang tidak sesuai kualifikasi seperti menjadi bendahara BOS, operator sekolah, dan lain sebagainya. selain itu, menjadi guru juga harus siap dengan rendahnya gaji dan risiko hukum yang ditimbulkan. sebagai contoh, Ibu Suryani, seorang guru honorer yang dilaporkan oleh orangtua muridnya karena dituduh melakukan tindakan kekerasan. Kasus Ibu Suryani menjadi bukti bahwa profesi guru rentan berurusan dengan hukum tindak pidana. Andai tidak ada "The Power Of Netizen", mungkin Ibu Suryani sudah mendekap dibalik jeruji besi.

Tugas seorang guru tidaklah ringan, ada banyak rintangan dan hambatan. Sayangnya, meskipun tugas guru tergolong berat, apresiasi terhadap pekerjaan mereka masih minim baik dari pemerintah maupun masyarakat. Seperti rendahnya gaji yang diterima, tidak adanya Undang-Undang perlindungan guru dan lain sebagainya. Karena itu hal yang lumrah jika guru banyak yang melakukan pekerjaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

Meskipun kurangnya apresiasi terhadap guru. Seorang guru tetap harus memiliki jiwa mengabdi dalam hatinya. Dengan adanya jiwa mengabdi, ia akan tulus dan ikhlas dalam mendidik muridnya, tidak peduli hambatan yang dihadapinya. Hatinya tidak akan bergeming meskipun ribuan rintangan melintang. Tugas guru bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan, namun guru mempunyai tugas dalam membentuk kepribadian dan kemampuan peserta didik. 


Tersisip harapan besar untuk kemajuan pendidikan dan kesejahteraan guru. Tolak ukur negara maju dilihat dari pendidikannya dan tolak ukur kemuliaan murid dilihat dari cara memuliakan gurunya. Jika pemerintah kita mau meniru pendidikan di Negara Maju, setidaknya tirulah bagaimana cara mereka mensejahterakan guru, bukan hanya meniru sistem dan kurikulumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun