Mohon tunggu...
Fajriyatuz Zahrah
Fajriyatuz Zahrah Mohon Tunggu... -

no limit gon touch the sky

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Belajar Meniru yang Tertunda

31 Maret 2015   02:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:46 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Kita dilahirkan dengan kemampuan belajar” Jean-Jacques Rousseau

Tanpa kita tahu dan sadari sesungguhnya bayi telah mengisi awal babak kehidupannya dengan belajar. Dimulai dari kehidupan di dalam rahim ibu. Selama dua bulan terakhir kehamilan, sambil mendekam dalam rahim, bayi sudah mampu mendengar suara ibunya, musik, dan suara lainnya. Tidak heran jika ibu akan semakin rajin memperdengarkan bacaan-bacaan yang baik di masa tersebut. Terlebih dalam agama kita, ibu akan semakin sering membacakan Ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini dimaksudkan untuk memperkenalkan dan membiasakan bayi mendengar ayat-ayat Al-Qur’an sejak dini lebih tepatnya pada masa awal perkembangan indra pendengarannya.

Setelah lahir di dunia, sekali lagi tanpa kita sadari sungguh bayi telah belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya berdasarkan pengalaman yang sudah diperoleh setiap waktu sejak dilahirkan.

Dalam deskripsi bagaimana bayi belajar, mengingat dan menyusun suatu konsep terdapat beberapa poin. Diantaranya adalah Pengkondisian, Atensi, Memori, Meniru, dan Pembentukan Konsep dan Kategorisasi. Dan poin yang akan kita bahas adalah Kemampuan Meniru Bayi.

Dapatkah bayi meniru ekspresi emosional orang lain?

Kalau orang dewasa terlihat memajukan bibir bawahnya, mengerutkan dahinya, dan memberengut, apakah bayi akan memperlihatkan ekspresi sedih?

Peneliti perkembangan bayi Andrew Meltzoff telah melakukan banyak sttudi mengenai kemampuan meniru oleh bayi. Ia mengemukakan bahwa bayi mampu meniru ekspresiyang dilihatnya pada beberapa hari pertama setelah kelahiran. Tentunya kemampuan respon yang ditunjukkan belum berupa suatu respon yang utuh, tetapi melibatkan adaptasibilitan dan fleksibilitas. Meltzoff berkesimpulan bahwa bayi tidak begitu saja meniru semua yang dilihatnya dan sering kali menunjukkan kesalahan kreatif. Beberapa ahli menyatakan bahwa bayi hanya berespons secara otomatis terhadap stimulasi tertentu.

Meltzoff mempelajari pula tentang peniruan yang tertunda. Yakni peniruan yang terjadi setelah jeda waktu berjam-jam atau berhari-hari. Dia menunjukkan bahwa bayi yang berusia 9 bulan dapat meniru tindakan yang dilihatnya 24jam sebelumnya.

Juga, di sebuah studi baru-baru ini, munculnya peniruan yang tertunda di usia 9 bulan merupakan prediktor kuat terkait lebih banyak bahasa tubuh komunikatif di usia 14 bulan. Dua bahasa tubuh bayi yang paling umum adalah:

1.Menjulurkan lengan untuk menunjukkan benda yang dipegang oleh seseorang

2.Menunjuk dengan lengan dan telunjuk ke arah objek atau peristiwa menarik yang dilihat

Dari sini dapat kita pahami bahwa dari awal kehidupan kita pun, ternyata kita sudah terbiasa belajar. Bayi dalam masa belajarnya tidak pernah kenal dengan kata menyerah. Karena kita pun sebenarnya adalah generasi yang pantang menyerah. Mari meniru orang besar dengan mengikuti jalan yang orang-orang besar lewati. Tidap perlu takut apakah tindakan kita nanti akan sama berhasilnya atau tidak. Yang terpenting adalah kita sudah berani mencoba dan berusaha. Boleh jadi hasil usaha yang selama ini dilakukan tidak muncul secara langsung saat ini, melainkan beberapa tahun kedepan. Layaknya kemampuan meniru bayi yang baru akan ditunjukkan setelah jeda beberapa jam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun