Pulang sekolah di sore hari membuat hari-hari vita tampak sibuk. Ditambah lagi dengan kursus-kursus yang begitu banyak diikutinya. Memang terlihat melelahkan, tapi vita senang menjalani kehidupan barunya yang seperti ini.
Setiba di rumah, vita disambut orange nya senja. Adzan masjidpun mulai berkumandang. Bersegeralah vita menyiapkan diri untuk membersihkan badannya. Ditariknya handuk dari sebuah jemuran kecil, dan pakaian-pakaian yang dibutuhkannya dari sebuah lemari besar.
Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, kini vita sudah merasa segar. Dilihatnya handphone yang tadi dibuangnya ke atas kasur. Ada lima belas panggilan tak terjawab. Segera dilihatnya siapa yang menghubungi sesering itu di waktu shalat seperti ini.
“afi?” . Ternyata teman dekat vita, yang dulu satu sekolah dengannya di sekolah yang dulu. Hati vita merasa tak tenang. Tak biasanya ia dihubungi sesering ini oleh teman lamanya itu. Kecuali ada hal penting yang ingin disampaikan.
Dihubungi kembali oleh vita, namun tak ada jawaban dari afi. Karna merasa tak tenang, akhirnya vita memutuskan untuk shalat , berharap mendapat ketenangan.
Tepat setelah vita shalat, handphonennya kembali berdering. Buru-buru ia angkat panggilan itu, dan...
Vita terdiam kaku dalam panggilan itu, setelah sebuah berita buruk dijumpainya. Arman, pacar vita kini sedang terbaring di rumah sakit. Kepalanya terbentuk keras dengan batu besar, yang dijumpainya saat ingin pergi beribadah.
Ya, arman, pacar baru vita yang dulu sempat satu sekolah , bahkan satu kelas dengannya. Itu dulu sebelum vita pindah sekolah ke sekolah barunya , yang kini berbeda kota dengan sekolah arman.
Dari kabar, kini arman masih di rumah sakit yang tak jauh dari asramanya. Walaupun vita masih bisa mendapatkan informasi dari teman-teman arman, tapi hati vita masih tak tenang. Dia ingin sekali pergi ke sana, dan melihat langsung keadaan arman. Tapi itu mustahil. Langit sudah begitu gelap, dan jarakpun begitu memisahkan.
Esok harinya, vita masih diselimuti rasa gelisah. Di kelas, ia masih memikirkan kondisi arman dan sibuk menghubungi teman-temannya. Tapi sayang, di sana mereka tidak diizinkan membawa handphone, sehingga di jam sekolah seperti ini, pastilah tak ada seorangpun di antara mereka yang memegang handphone. Terpaksalah, vita menunggu hingga jam pulang sekolah datang.
“triinngg..triingg...”Handphone vita berdering. Tapi kini bukan dari teman-temannya ataupun teman-teman arman.
Sebuah nomor yang tak diketahui pemiliknya. “siapa ya?” Vita merasa ragu untuk mengangkatnya.
Ternyata arman !!
Gelisah yang seharian ini menyelimuti hati vita, kini sudah beranjak pergi.Apalagi setelah mendapat kabar bahwa arman dipindahkan ke rumah sakit di kota asalnya. Dan itu artinya, di kota yang sama dengan tempat tinggal vita.
Segera vita berangkat ke rumah sakit, dan pamit dengan orang tuanya. Bahkan ia berencana menginap di rumah sakit untuk menjaga arman selama di rumah sakit. Dan syukurlah ia mendapat izin dari mama, papanya. Perlengkapan untuk sekolah esok, diletakkannya di dalam mobil miliknya.
Sesampai di rumah sakit, vita melihat keadaan arman yang kini kepalanya dibalut sebuah benda berwarna putih. Ntahlah, vita tak begitu tau dengan nama benda itu.
Ternyata, di dalam ruangan itu juga ada orang tua arman. Grogi memang, tapi vita tetap berusaha menghilangkan rasa itu demi arman.
“malam tante, om” sapa vita pada sepasang suami istri itu.
“malam. Temannya arman?” Tanya ibu itu.
Belum sempat vita menjawab, arman terlebih dahulu menjawabnya. “dia pacar aku ma”
Deg! “arman langsung mengakuinya? Mungkin bagi arman ini adalah hal biasa. Tapi bagiku ini hal yang luar biasa” batin vita
Vita hanya terseyum cemas. Cemas tak dapat diterima keluarga arman, dan cemas hal-hal yang tak diinginkan, akan terjadi di malam yang penuh tantangan itu.
Tapi salah! Semuanya tak seburuk yang vita kira. Orang tua arman bahkan menerima hangat akan hubungan mereka. Kehangatan itupun semakin terasa saat canda gurau terjalin di antara mereka.
“nak, hari sudah semakin larut. Tante cuma takut, nanti orang tua kamu cemas mencarimu” kata mama arman
“oh, nggak apa kok tante. Tadi aku udah pamit. Malah, kalau dapat izin dari tante, aku pengen nginap di sini buat nungguin arman”
“kamu serius? Kalau sama tante, om sih nggak masalah. Ya kan arman?”
“hehe makasih ya tante”
Di larutnya malam, kini hanya ada vita dan arman. Orang tua arman sudah hilang dalam lelapnya di atas sofa. Vita yang duduk di samping arman sejak tadi, masi tak mengantuk. Hingga akhirnya arman terlelap kembali.
Subuhpun menyongsong langit. Tak disadari, kepala vita ditopangi oleh kasur, tepatnya di samping arman, dengan posisi duduk di atas kursi plastik.
Belum ada yang bangun. Segera diambilnya perlengkapan di dalam mobil, dan mandi di kamar mandi yang kebetulan ada di ruangan arman. Setelah semuanya selesai, mama arman akhirnya terbangun dari tidurnya.
“loh? Sudah bangun nak?” Tanyanya
“sudah tante”
“kamu mau ke sekolah?”
“iya tante. Sekarang kan bukan hari libur tante hehe”
“ya ampun. Tante kira kamu libur, makanya rela-relain nginap di sini”
“gak apa kok tante. Aku cuma pengen jagain arman”
Di tengah percakapan itu, arman terbangun dari lelapnya.
“vita, kamu mau kemana?” Tanya arman dengan raut muka kusut.
Tak ingin mengulang kata, dan memperlambat perjalanan, vita akhirnya hanya memberi sedikit penjelasan dan langsung pamit dengan arman dan orang tuanya.
Ya, begitulah aktifitas vita selama arman di rumah sakit.Berangkat ke sekolah; lalu ikutkursus; pulang ke rumah; dan kembali ke rumah sakit. Begitu seterusnyaselama tiga hari.
Orang tua vita hanya bisa memaklumi. Kebetulan, orangtuanya sudah mengetahui sejauh mana hubungan vita dengan arman.
Hingga saatnya arman diizinkan kembali ke rumah, vita masih setia menemani arman. Tapi kali ini, ia tak lagi menginap. Takut ada fitnah dari para tetangga.
Di rumah armanpun, kini vita tak begitu canggung. Sebab, sejak di rumah sakit, vita sudah mengenal semua keluarga arman, bahkan dekat dengan mereka.
“vit, besok rencananya besok aku mau balik ke asrama. Kira-kira menurut kamu gimana?” Tanya arman.
“bagus dong. Aku cuma gak pengen aja, ntar kamu kamu ketinggalan pelajaran.”
“ !@#$%^& “ percakapan panjangpun terhubung di antara mereka, hingga jam dinding berlatar manchester united milik arman menunjukkan pukul 9 malam. Akhirnya, vita pamit pulang dengan arman dan keluarganya.
Vita pulang tak sendiri. Ia ditemani oleh teman dekatnya , ali. Bagi arman itu bukan hal yang mesti ia cemburui. Karna, saat arman di rumah sakit, mereka sudah diperkenalkan oleh vita.
Di perjalanan, vita hanya diam. Padahal, sejak tadi ali sudah berusaha membuat vita ceria.Ntah apa yang membuat vita toba-tiba seperti ini.
*bruuk* menungan vita mengantarkannya pada sebuah tabrakan maut. Darah dikepalanya tak henti bercucuran di jalan raya.
Ali panik, dan segera melarikan vita ke rumah sakit terdekat. Dihubunginya pula orang tua vita dan arman .Tak panjang cerita, sesampai di rumah sakit,akhirnya nyawa vita tak tertolong kembali. Arwahnya lebih memilih meninggalkan jasadnya dan pergi menemui panggilan sang ilahi.
Suara isakan tangisan yang terngaung sejak kejadian itu. Orang tua vita sangat merasa terpukul atas kepergian vita, yang tak pergi di saat mereka bersama. Apalagi arman. Ia merasa sangat bersalah dan tak terima dengan ini semua. Arman selalu menyalahkan dirinya sendiri. Ia merasa, andai saja vita tidak ikut menemaninya pulang,mungkin kejadian ini takkan terjadi.
Di rumah duka, tampak banyak orang yang melayat. Keluarga, kerabat, bahkan tetangga. Teman-teman vita saat di sekolahya yang dulupun, ikut pergi melayat. Meskipun asrama mereka sangat jauh dari tempat tinggal vita, namun mereka tetap ingin melihat vita untuk terakhir kalinya. Mereka masih tak menyangka dengan kejadian ini. Teman yang selama ini selalu ceria dan membuat semua orang tersenyum, kini tlah pergi begitu saja. Isakan tangisan mereka tak henti, hingga vita dikuburkan di tempat tinggal barunya.
Di kuburpun, para keluarga, dan teman-temannya masih tak ingin beranjak pergi meninggalkan tempat pesemayaman vita. Vita? Seseorang yang dikenal ceria, dan memiliki rasa peduli yang tinggi terhadap sesama, kini tlah tiada!
Di tempat duka, arwah vita berdiri tersenyum di samping mereka. Vita memang sedih meninggalkan mereka untuk terakhir kalinya, tapi vita juga cukup bahagia. Dengan kepergiannya, akhirnya ia bisa dipertemukan kembali dengan teman-teman, yang sebenarnya ingin sekali dijumpainya.
“kawan, aku senang. Dengan kepergian ku ini, akhirnya kita bisa berkumpul bersama-sama lagi. Kini aku bisa menatap kalian semua. Tetap semangat dan jangan larut dalam kesedihan. Arman, carilah penggantiku, yang lebih baik pastinya. Semua ini jalan tuhan, bukannya salahmu. Mama, papa, terima kasih untuk selama ini. Aku beruntung memilikimu. Dan maaf akan kesalahanku selama ini” bisik vita pada dunianya .
“semuanya sudah diatur tuhan. Jangan ingkari jalan-nya, dan ambil hikmah akan kepergianku ini” pesan vita pada mereka yang ditinggalkannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H