Mohon tunggu...
zafira aulia
zafira aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya merupakan salah satu mahasiswi di universitas Bandung. Hobi atau kegemaran saya belakangan ini yaitu mendengarkan musik, karena dengan mendengarkan musik membuat saya menjadi lebih tenang dan meringankan beban yang ada di pikiran saya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dari Tren Menjadi Sampah: Perkembangan Fast Fashion di Era Milenial

17 Juni 2023   10:32 Diperbarui: 17 Juni 2023   10:49 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Modernisasi berpengaruh pada persepsi masyarakat terhadap fashion. Membeli produk fashion yang sedang tren menjadi ajang eksistensi diri unutk mengekspresikan diri maupun sebagai pembuktian atas status sosial di masyarakat. Istilah fast fashion muncul pertama kali pada tahun 1980-an yang dicetuskan oleh New York Times. Sebelumnya, sekitar tahun 1960-an, tren fashion disesuaikan dengan empat musim yakni musim panas, gurur, dingin, dan semi. Tidak heran jika saat itu para desainer bekerja berbulan-bulan untuk mendesain baju hingga selesai dan proses penjahitannya yang memakan waktu cukup lama. Target pasar dari fast fashion salah satunya adalah kalangan muda sebab dengan harganya yang terjangkau dan memiliki model yang selalu mengikuti tren terbaru banyak digemari oleh kalangan muda.

Dibalik segala kecepatan dan kemudahan, fast fashion memiliki dampak negatif yakni menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan disekitarnya, seperti polusi air dari zat pewarna tekstil, emisi gas rumah kaca yang memicu pemanasan global, dan polusi tanah dari bahan limbah yang berlebihan. Di Indonesia, Sungai Citarum, Jawa Barat, telah digunakan selama bertahun-tahun sebagai tempat pembuangan bahan kimia oleh pabrik-pabrik tekstil yang berada disekitarnya sehingga menjadi tercemar. Setiap tahun, lebih dari setengah triliun galon air segar terkontaminasi oleh limbah tekstil dan kemudian dibuang tanpa diolah ke sungai yang pada akhirnya akan mencemari lautan. Melihat dampat yang ditimbulkan, tentu kita tidak perlu fomo atau takut ketinggalan jika tidak membeli pakaian yang sedang tren, cukup membeli pakaian ketika sudah benar-benar membutuhkannya.

Fast fashion merupakan sebuah konsep atau ide bisnis dalam industri fashion yang memproduksi pakaian dalam jumlah yang banyak dengan proses yang cepat untuk memenuhi permintaan pasar. Fast fashion mengangkat model desain dengan mengikuti tren dan dengan waktu produksi sesingkat mungkin. Fashion merupakan barang mewah yang hanya bisa dikenakan oleh kalangan atas sebab harganya yang sangat mahal. Melalui fenomena fast fashion, sekarang fashion tidak hanya terbatas pada kalangan atas saja, namun semua kalangan bisa menggunakannya.

Shinta (2018: 65) menyatakan bahwa tren fashion berubah dengan cepat sehingga membuat masyarakat untuk bersaing dalam mencari produk fashion terbaru. Hal tersebut membuat limbah pakain menjadi semakin banyak yang juga semakin banyak emisi metana dan pencemaran air tanah yang dapat berbahaya bagi lingkungan. Maka dengan demikian, selaras dengan pernyataan (Belk, 2014) pemakaian berkelanjutan merupakan salah satu alternatif cara untuk mengurangi dampak buruk dari perubahan tren fashion yang cepat dengan cara memperpanjang jangka waktu pemakaian pakaian.

Industri pakaian, terutama pada fast fashion memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan, termasuk bagi para pekerja yang terlibat di dalamnya. Fast fashion juga menjadi penyokong utama sampah plastik di lautan. Secara global, sekitar 92 juta ton limbah tekstil dihasilkan setiap tahunnya. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 134 juta ton per tahun pada tahun 2030. Industri ini kebanyakan menggunakan pewarna tekstil yang murah dan berbahaya karena dapat mengakibatkan pencemaran air dan membahayakan kesehatan manusia. Para pekerja di sektor ini seringkali bekerja dalam kondisi yang tidak manusiawi, dengan upah yang rendah, jam kerja yang panjang dan kurangnya hak tenaga kerja. Mereka juga seringkali terpapar bahan kimia beracun yang dapat merusak kesehatan fisik dan mental.

Sangat penting bagi kita atau konsumen untuk lebih selektif ketika membeli pakaian dengan memilih pakaian yang berkualitas tinggi agar dapat dipakai dalam jangka waktu yang panjang untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari fast fashion. Selain itu, pilih fashion yang sustainable, sebelum membeli pakaian ada baiknya kenali brand yang akan kita pilih dan kemudian memastikan kembali pakaian yang akan dibeli terbuat dari bahan yang ramah lingkungan.

Fast fashion memang menjadi primadona masyarakat umum, khususnya bagi anak muda itu sendiri, mereka akan terus mengeluarkan uang yang mereka punya demi bisa bergaya sesuai dengan trend yang sedang berkembang tanpa memikirkan sisi negatif yang ditimbulkan dari fast fashion itu sendiri.  Selama produksi, industri fashion akan terus menghasilkan limbah yang mengandung bahan kimia berbahaya dan membuangnya ke laut hingga tercemar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih aware terhadap isu fast fashion ini dan memilih produsen baju yang berkualitas serta bahannya awet agar dapat menjaga lingkungan demi masa depan yang akan datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun