Mohon tunggu...
zafir zuhdi
zafir zuhdi Mohon Tunggu... -

Bagai singa yang tidak tidur. Bunda menambahkan rendah diri untuk menundukkan kekuatan Raja Alam. Zafir Zuhdi akan menguasai diri dalam tekanan pembelaan umat. Bercita-cita menjadi imam besar. Pembela Islam yang disegani.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tiupan Doa

16 Februari 2010   04:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:54 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_75386" align="alignright" width="135" caption="Tiupan Doa"][/caption] Bayi tanpa ayah berkalang sampah memanjatkan doa bagi bundanya tersayang. Jagalah hidupmu yang tersisa bunda, aku akan menantimu di surga. Terima kasih untuk amanah yang lalai kau jaga, semata-mata karena kau manusia. Namun tetap janjiku pada Tuhan bahwa aku akan beriman kepada-Nya. Jika hanya jasad yang berkenan menyapa fana dunia, itu lebih bersahaja daripada sekedar bernafas memelihara durhaka. Aku tidak membencimu bunda, aku juga tidak menyalahkanmu ayah. Kepicikan nafsu merajai akal kalian, bisikan 70.000 anak Iblis berwujud syetan menggoda menyesatkan. Jika terbesit walau sejenak untuk menyesal dan bertaubat, dengan sungguh-sungguh tobatmu akan di ijabah oleh Sang Pengampun. Bukan hakku yang meminta hidup bunda, bukan milikku hidup yang gegap gembira dan penuh canda tawa. Aku tidak meminta gelar dan nafkah ayah, aku tidak berharap kelayakan dunia jika akan mencambuk punggungmu dengan luka perih. Pedoman iman dan jalan ketentraman ada di setiap sudut rumah. Memenjuru menanti dikumandangkan. Sekedar terlantun syahdu dan fasih, atau terbata lagi terisak. Kelak mereka akan mengerumuni langit dan meninggalkan rumah-rumah kalian. Kelak mereka akan mengadu tentang kebaikan dan segala kekurangan pemeliharanya. Aku tidak mendendam dan merasa sakit hati karena hidupku berakhir di bilangan sampah. Aku bangga memilikimu bunda, aku bahagia bersemayan di rahim-mu. Selamat jalan bunda, selamat tinggal ayah. Walau terlupa dan dilupakan, aku akan memanggil kalian di gerbang surga Allah. Aku siap memohonkan pada Nabi kita demi syafaat untuk kalian, aku masih ingin memohon kepada Yang Maha Berkenan untuk bersama kalian di tempat yang abadi. Salamku yang paling manis dan lucu untuk bundaku yang tegar. Hormatku  yang ceria pada ayah yang perkasa. Aku menanti kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun