Setelah mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran, sebagai Guru penggerak yang memiliki peran sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistic, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid dan menjadi teladan serta agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pancasila saya menyadari benar bahwa banyak hal yang harus dipikirkan dengan bijaksana terutama berkaitan dengan pengambilan suatu keputusan. Selama ini saya sering bertindak terlebih dahulu tanpa memikirkan apakah keputusan yang saya ambil itu tepat atau tidak. Ataukah keputusan yang saya ambil ada melukai perasaan orang lain sehingga membuat suasana kerja yang tidak nyaman. Sungguh saya baru menyadari bahwasanya dalam mengambil suatu keputusan banyak hal-hal lain yang harus dipertimbangkan seperti paradigma yang digunakan, prinsip yang dipakai serta menggunakan 9 (Sembilan) langkah pengambilan keputusan.
Sebagai Pemimpin Pembelajaran, guru penggerak harus memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, terutama di dalam kelas, dengan keberagaman potensi, profil belajar dan karakter. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau kasus tentu harus memiliki kemampuan menganalisis aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam membuat suatu keputusan. Seorang pemimpin harus mampu mengkaji prinsip-prinsip atau nilai-nilai manakah yang cenderung sering kita gunakan dalam mengambil suatu keputusan. Kita sering dihadapkan dalam situasi di mana kita diharuskan mengambil suatu keputusan.Â
Namun, seberapa sering keputusan tersebut melibatkan kepentingan dari masing-masing pihak yang sama-sama benar, tapi saling bertentangan satu dengan yang lain?bagaimana menghadapi situasi seperti ini? Pemikiran-pemikiran seperti apa yang melandasi pengambilan keputusan Anda? Kemudian, setelah mengambil keputusan tersebut, pernahkah kita menjadi ragu-ragu dan menanyakan diri kita sendiri apakah keputusan yang diambil telah tepat, ada perasaan tidak nyaman dalam diri Anda, atau timbul pemikiran mengganjal dalam diri Anda seperti, 'Apakah ini sesuai peraturan?' atau 'Bagaimana panutan saya akan berlaku dalam hal seperti ini?'
Dalam pengambilan keputusan kita sering dihadapkan pada dilema, apakah saya melanggar peratuan atau nilai nilia yang saya yakini. Selain itu bujukan bujukan atau pengaruh pertemanan atau tuntutan dari atasan kita. Dalam hal ini bisa kita kelopokkan menjadi dua hal yaitu bujukan moral dan dilema etika. Apakah perbedaan keduanya ?, bujukan moral memiliki karakter atau ciri dilema antara situasi benar  dengan salah. Bujukan moral adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan. Apabila bujukan moral lebih mudah mengidentifikasinya antara benar versus salah, tetapi kadang kadang dalam mengambil keputusan kita dihadapkan pada dua pilihan yang sama sama benar. Sebagai pemimpin pembelajaran kita dituntut untuk memutuskan dengan berbagai pertimbangan seperti tata nilai yang kita yakini, bagaimana dampaknya dan seterusnya, hal ini disebut dilema etika. Dilema etika memiliki ciri benar versus benar. Dilema etika adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar namun bertentangan dalam mengambil sebuah keputusan.
Situasi -- situasi yang kita hadapi dalam pengambilan keputusan banyak memiliki model atau paradigma yang berbeda beda. Kondisi itu bisa, individu lawan masyarakat (Individual vs community), rasa keadila lawan rasa kasihan (Justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (Short term vs long term). Situasi ini sering kita hadapai dalam proses pengambilan keputusan, untuk itu dalam mengambil keputusan ada prinsip prinsip yang harus kita pegang sebagai seorang pemimpin pembelajaran di kelas atau di sekolah. Kita bisa menggunakan tiga prinsip berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) dan berpikir berbasis peduli (Care-Based Thinking) untuk memutuskan yang terbaik dan memiliki keberpihakan terhadap murid.
Dalam proses pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus memastikan apakah keputusan yang telah kita ambil adalah keputusan yang tepat. Untuk itu kita bisa membiasakan diri menempuh langkah -- langkah atau melakukan ceck and ricek terhadap proses pengambilan keputusan itu dengan mengenali nilai-nilai apa yang saling bertentangan, siapa saja yang terlibat dalam situasi ini, apa fakta-fakta yang relevan, kemudian kita kaitkan dengan pemahaman kita tentang dilema etika dan bujakan moral dengan pengujian benar verses salah. Selian itu prinsip prinsip resolusi perlu kita terapkan dalam pengambilan keputusan dengan melakukan investigasi Opsi Trilema dengan memunculkan alternatif altenatif keputusan yang berpihak pada murid baru kita membuat keputusan. Hal yang tidak kalah penting setelah kita memutuskan sesuatu adalah melihat dan merefleksi setiap keputusan yang kita ambil untuk menjadi bahan pembelajaran ke depan.
Untuk mengimplementasikan atau mengimbaskan konsep pengambilan keputusan di kelas atau disekolah tentunya dukungan sekolah dalam hal ini pimpinan sekolah sangat diperlukan. Terutama dalam pengimbasan. Berkoordinasi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat di tempat saya bekerja serta pengimbasan tentang apa yang saya dapatkan dalam program guru penggerak. Selanjutnya langkah-langkah awal yang akan saya lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran adalah dengan mulai menerapkannya mulai dari diri sendiri yaitu di tempat saya bekerja, kemudian menerapkan praktik baik ini kepada rekan sejawat di lingkungan sekolah saya. Dan itu akan saya lakukan mulaisaat ini terutama dalam pembelajaran di kelas saya. Untuk selanjutnya saya akan menerapkannya secara berkelanjutan. Selain itu, dalam mengambil suatu keputusan tidak hanya kita lakukan sendiri saja, tentu kita perlu masukan-masukan dari rekan yang bisa kita ajak berdiskusi dan berbagi sehingga kita dapat mengetahui apakah keputusan yang kita ambil ini sudah tepat dan efektif atau belum. Maka orang-orang yang dapat menjadi teman diskusi/pendamping dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah rekan-rekan sejawat di sekolah, kepala sekolah, orangtua siswa, siswa, komite sekolah atau bisa juga pengawas sekolah.
(tulisan ini sebagai bentuk demonstrasi kotektual dalam PGP Angkatan 4)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H