Mohon tunggu...
Zaenal Arifin
Zaenal Arifin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa PPG Prajabatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Program Peer Educator for Healthy Relationships di SMK Negeri 1 Malang untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Love, Sex, dan Dating

4 Oktober 2024   12:20 Diperbarui: 4 Oktober 2024   12:28 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SMK Negeri 1 Malang bersama Mahasiswa PPG Prajabatan Universitas Negeri Malang sukses melaksanakan program "Peer Educator for Healthy Relationships," yang bertujuan untuk mendidik siswa mengenai isu-isu terkait love, sex, dan dating. Program ini mencakup berbagai kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa terhadap isu-isu penting ini, yang sering dianggap tabu untuk dibahas di lingkungan sekolah. Terdapat empat rangkaian kegiatan utama dalam program ini, yaitu seminar bertema "Think Over About Love, Sex, and Dating," rekrutmen peer educator, forum grup diskusi (FGD) mengenai materi yang relevan, dan pelatihan keterampilan sebagai peer educator.

Pada tahapan awal, seminar diselenggarakan dengan mengundang narasumber ahli, Prof. Dr. Hj. Muslihati., S.Ag, M.Pd. Seminar ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan informasi, tetapi juga untuk mendorong diskusi terbuka di antara siswa. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa peserta seminar mengalami peningkatan pengetahuan yang signifikan. Sebelum seminar, sekitar 65% peserta memiliki pemahaman minim tentang topik yang dibahas. 

Namun, setelah mengikuti seminar, hasil post-test menunjukkan bahwa 85% peserta mampu menjawab pertanyaan dengan benar, yang menunjukkan efektivitas materi yang disampaikan. Peningkatan ini mencerminkan bahwa pendekatan pendidikan seksual yang interaktif dapat meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi dan hubungan interpersonal.

Selain peningkatan pengetahuan, wawancara kualitatif dengan siswa mengungkapkan bahwa mereka merasa lebih percaya diri untuk berdiskusi mengenai isu-isu yang sering kali dianggap tabu. Seminar ini juga menjadi langkah awal yang penting dalam mempersiapkan siswa untuk peran mereka sebagai peer educator, karena pemahaman yang kuat tentang materi adalah kunci keberhasilan program. Tahapan kedua dari program ini adalah rekrutmen peer educator. 

Dari peserta seminar, sebanyak 20 siswa terpilih berdasarkan hasil post-test tertinggi. Proses seleksi melibatkan evaluasi mendalam terhadap minat, kemampuan komunikasi, dan komitmen siswa untuk menjadi duta pendidikan sebaya. Dari 20 siswa tersebut, 10 terbaik akan dipilih untuk menjadi peer educator. Seleksi yang ketat ini bertujuan untuk menjaring siswa yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang baik tetapi juga motivasi tinggi untuk berkontribusi dalam menciptakan lingkungan sekolah yang sadar akan pentingnya kesehatan reproduksi dan hubungan yang sehat.

Setelah proses rekrutmen selesai, tahap selanjutnya adalah memberikan materi yang lebih mendalam kepada peer educator. Sesi ini berfokus pada dinamika hubungan sehat, pentingnya komunikasi, dan risiko yang terkait dengan perilaku seksual yang tidak aman. Melalui FGD, para peer educator diajarkan untuk memahami materi secara menyeluruh, sehingga mereka siap untuk menyampaikan informasi tersebut kepada teman sebaya mereka. Dalam pelaksanaan FGD, pentingnya pendekatan yang sensitif dan inklusif ditekankan. Lingkungan yang aman sangat penting untuk semua siswa, terutama bagi mereka yang merasa canggung atau malu untuk berbicara tentang topik-topik ini.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Tahapan terakhir dari program ini adalah pelatihan tentang cara melakukan peran sebagai peer educator. Sesi ini menekankan pengembangan keterampilan fasilitasi, komunikasi efektif, dan peningkatan empati di antara rekan-rekan sebaya. Peer educator diajarkan cara mengelola dinamika kelompok dan mengatasi resistensi, sehingga diskusi yang mereka fasilitasi dapat berjalan dengan lancar. 

Meskipun program ini menunjukkan hasil yang positif, beberapa tantangan tetap ada. Beberapa siswa masih merasa kurang nyaman membahas topik-topik ini, dan dukungan dari pihak sekolah sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan program. Untuk mengatasi tantangan tersebut, perlu ada integrasi yang lebih kuat antara program ini dengan kurikulum formal sekolah. Dengan demikian, lebih banyak siswa dapat dijangkau dan mendapatkan manfaat dari program ini.

Selain itu, program ini juga perlu diperkaya dengan materi tambahan yang membahas aspek psikologis dan sosial dari hubungan. Dukungan dari pihak sekolah dan orang tua juga sangat penting, karena keterlibatan mereka dapat meningkatkan efektivitas program dan membantu mengatasi hambatan budaya yang sering kali menghalangi diskusi terbuka tentang seksualitas. Dengan dukungan yang tepat, program "Peer Educator for Healthy Relationships" memiliki potensi besar untuk menjadi model yang dapat direplikasi di sekolah-sekolah lain di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun