[caption id="attachment_198859" align="alignright" width="300" caption="foto: dok. pribadi"][/caption]
Saya kadang ingin tertawa jika melihat berita-berita di TV, radio atau membaca koran, majalah, surat kabar dan lain sebagainya yang disitu ada keinginan atau protes sebagian orang, yang entah karena itu kaum kerabatnya, ingin tenar, cari sensasi atau apalah namanya yang berteriak-teriak si A, si B tidak dihargai sama sekali sebagai pahlawan, pembela kemerdekaan dan pejuang yang gigih mempertahankan tanah airnya dari para penjajah. Mungkin juga apa yang mereka lakukan adalah tindakan tulus, karena melihat betapa beratnya para pejuang kemerdekaan itu dalam membela tanah airnya, sehingga tergerak hati agar para pejuang itu “dihargai”. Memang harus kita akui bahwa pemerintah dan masyarakat masih setengah hati untuk memberikan apresiasi yang layak terhadap para pejuang baik yang sudah meninggal atau sekarang yang masih hidup (veteran). Hal yang sangat jauh dengan apa yang dilakukan oleh negera-negara lain dalam mengapresiasi para para pejuangnya.
Di sebagian besar daerah di dunia, veteran diperlakukan amat hormat oleh masyarakat. Di Amerika Serikat misalnya, ada hari khusus untuk mengenang para veteran perang, yakni Hari Veteran. Para veteran itu tidak hanya diberi tunjangan biaya hidup, namun juga perawatan kesehatan cuma-cuma, asuransi hari tua, pekerjaan dan pendidikan bagi yang membutuhkan, gedung pertemuan veteran kota-kota besar, juga urusan pemakaman dan beasiswa bagi putera-puterinya.
Terlepas dari itu semua, saya katakana bahwa veteran tidak untuk dihargai. Karena memang apa yang dilakukannya untuk bangsa dan negera tidak ternilai. Salah kaprah kalau ada sebagian orang meminta dengan iba atau kalau boleh dikatakan mengemis-ngemis kepada pemerintah supaya veteran X dihargai misalnya.
Beberapa waktu lalu saya mengikuti sebuah acara kajian bulanan yang kebetulan mendatangkan veteran, yang membuat saya terharu adalah apa yang disampaikan oleh Bapak Poniman dan Ibu Asiah dua veteran ini meski usianya sudah sangat lanjut, semangatnya masih menyala-nyala seperti anak muda. Betapa tidak beliau berkisah mengenai sekilas perjuangan beliau dahulu dalam membela tanah air. Bu Asiah tak kenal lelah untuk mengobati teman-temannya yang terluka akibat serangan musuh, sementara itu Pak Poniman juga bercerita bagaimana dia berjuang bersama para pejuang lainnya saat pertempuran 10 November berkecamuk di Surabaya.
Penghargaan yang diberikan pemerintah atau masyarakat kepada beliau berdua itu, rasanya tidak akan pernah sepadan dengan apa yang telah beliau berdua lakukan untuk bangsa ini. Dan perlu Anda ketahui bahwa beliau mendapatkan tanda jasa dari pemerintah sebagaimana layaknya penghargaan yang diterima para veteran di negeri ini, baru empat tahun belakangan ini.
Sungguh ironis, pemerintah dan masyarakat tidak peduli dengan para pendahulunya yang dengan gigih berjuang tanpa pamrih untuk generasi setelahnya. Tapi memang sekali lagi, pernghargaan sebesar apa pun untuk mereka tidak akan pernah bisa sepadan dengan apa yang mereka, para veteran lakukan untuk bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H