Dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama atau Ahok memang benar-benar luar biasa efeknya. Saban waktu di TV, media online, dan medsos tiada henti-hentinya membahas perkara ini. Ada yang pro ada yang kontra. Saking luar biasanya efek kasus ini, benar-benar baru saya sadari ketika murid-murid SD di tempat saya mengajar bertanya kepada saya tentang kasus Ahok ini.
“Pak Zein, Ahok itu menistakan agama ya?”
“Ahok itu jahat ya?”
“Mayak Ahok itu menghina al-Qur’an ya Pak?”
Dengan aneka berondongan pertanyaan itu saya balik bertanya, “Lha kalian tahu dari mana kalau Ahok menghina al-Qur’aan atau menista agama?”
“Di TV pak, setiap hari disiarkan kok berita tentang Ahok.” Jawab mereka polos.
“Selain Ahok siapa yang paling kalian lihat di TV itu?” Saya bertanya kembali.
“Orang pakai serban Pak, FPI dan banyak orang yang demo.”
“Sudah-sudah kalian ndak usah ikut-ikutan pusing melihat berita tv itu, konsentrasi belajar beberapa hari ke depan kalian sudah UAS.”
Efek kasus Ahok ini memang benar-benar luar biasa. Beberapa nama yang sebelum mencuatnya kasus penistaan agama, biasa-biasa saja tiba-tiba sekarang menjadi terkenal dan mendunia. FPI, GNPF, tokoh-tokonya dan aneka istilah, seperti Bela Islam dan lain sebagainya kini jadi begitu populer sampai dipelosok kampung, gang-gang kampung dan mungkin makhluk lain juga tahu berita-berita ini. Hehe.
Kita tahu ormas semacam FPI, seringkali yang terdengar beritanya di tv-tv adalah berita “kerasnya” sikap mereka terhadap aneka hal yang mereka pandang sebagai kemaksiatan. Praktis citra sebagai “islam garis keras” begitu melekat pada ormas ini. Saya jadi berpikir dan merenung, ah ternyata kasus yang menimpa Ahok ini disatu sisi menerjun bebaskan elektablitas Ahok namun dan di sisi lain membuat nama FPI, GNPF MUI dan tokoh-tokohnya semakin terkenal, mendunia dan disegani. Belum lagi jika nanti disusul demo-demo dengan label bela agama jilid I, II, III dan seterusnya.