Polemik tank Leopard kembali mengemuka dalam debat capres, hal ini berkaitan dengan contour jalanan di Indonesia yang tidak akan mampu menahan beban tank seberat 60 ton, untuk jalan atau jembatan tertentu mungkin benar, tetapi proses pembelian tank tersebut sudah melalui berbagai analisa geographis, perhitungan perimbangan kekuatan, MEF, juga simulasi dari berbagai tank paling top yang ada di dunia seperti M1Abrams, Merkava, T-90, Lecrec dll. Penggunaan tank bukan hanya di jalanan perkotaan tetapi diwilayah hutan dan daratan daerah perbatasan di luar pulau jawa yang sangat memerlukan kehadiran tank tersebut. Juga Terbukti pada saat Parade HUT TNI di Halim Perdana Kusuma dan pameran alutsista di Monas jalanan di Jakarta tidak mengalami kerusakan. Juga di youtube kita bisa melihat demo aksi-aksi tank Leopard tersebut menyusuri rawa-rawa dan melintasi sungai di wilayah eropa timur.
Dari hasil kajian tim ahli TNI AD berat MBT Leopard Sekalipun beratnya sekitar 60 ton, namun tekanan jejaknya pada tanah hanya 0,8 kilogram per centimeter atau 8,9 ton per meterpersegi. Tekanan jejak itu relatif sama dengan Tank AMX-13 (berat 14,5 ton) dan Scorpion (8 ton). Dengan tekanan jejak 8,9 ton per meter persegi, MBT Leopard sangat memenuhi syarat penggunaan jalan kelas satu dan dua di Indonesia.
Mengapa Leopard?
Jerman merupakan negara terkenal dalam soal produksi tank. Dalam perang dunia II Jerman mempunyai Tank panzer yang sangat legendaris, mampu menghancurkan divisi-divisi tank Sherman sekutu. Memunculkan nama paling terkenal dalam soal pertempuran Tank sepanjang masa yaitu Jendral Edwin Rommel dengan divisi tank panzer ”The desert lion” dikawasan Libya dan Afrika. Sampai sekarang nama ini dipakai sebagai julukan Timnas Jerman dengan sebutan ”Der Panzer” yang tidak kalah hebat juga di dunia sepakbola. Tradisi ini diteruskan saat ini dengan menciptakan Tank Leopard, dimana spesifikasi tank ini bisa dibilang lebih unggul dari tank2 sejenis. Tank ini diproduksi di Pabrik Rheinmetal Jerman dengan berbagai varian, Indonesia memesan sekitar 164 tank ini dan proses pengirimanya sudah dilakukan.
Mengapa Leopard diperlukan?
Pembelian tank Leopard tersebut diperlukan karena Singapura, Malaysia sudah mempunyai MBT (Main Battle Tank). Hanya Indonesia, Filipina, dan Timor Leste yang tidak punya MBT, karena itu Indonesia harus mempertimbangkan konstelasi perimbangan teknologi persenjataan terutama dengan negara yang berbatasan langsung dengan RI,
Malaysia memiliki MBT PT 91 produksi polandia, sementara di Kalimantan, RI hanya mempunyai Scorpion yang beratnya hanya 15 ton, hal ini tentu tak seimbang, dalam pertempuran antar Tank, Tank2 RI hanya seperti barang mainan bagi MBT Malysia. Sehingga kehadiran Leopard tersebut sangat dibutuhkan Terutama di Perbatasan Kalimantan guna mengimbangi dan memberikan”Deterrent effect” efek penggentar bagi musuh
Perimbangan Kekuatan VS Efisiensi
Bisa jadi pernyataan beliau Bapak Prof Dr. Ir. BJ Habibi bahwa leopard kurang cocok untuk indonesia dilihat dari filosofi pertempuran tank yang berkembang saat ini. Kalau jaman dulu biasanya pertempuran darat yang melibatkan Tank diadu dengan Tank, seiring dengan perkembangan teknologi maka banyak hal yang lebih efisien guna melumpuhkan.Kelemahan tank super besar ini tentu saja adalah mahalnya biaya operasional terutama bahan bakar yang digunakan, manuver2nya mungkin kurang lincah dimedan yang sulit seperti semacam ”sitting duck”yang menjadi target empuk bagi lawan.
Perang Israel-Hezbollah (Libanon 2006)
Perang ini telah mengangkat Nama Milisi Hezbollah yang saat ini dibawah Komando Syeikh Hassan Nasrallah sebagai salah satu milisi tempur top dunia. Dimana kemampuan Hezbollah yang dianggap kecil mampu menciptakan kerugian besar dan mengusir israel dari Lebanon selatan mampu menaikkan kembali harga diri Front ”muqowwama” Perlawanan terhadap israel.
Israel mengerahkan mesin2 perang canggih dari udara, darat dan laut termasuk Tank MBT kelas 1 Dunia, Merkava. Untuk menghadapi Tank tersebut Hizbullah mengerahkan misil infantri antitank, dan menggunakannya secara efektif, membuat Israel kehilangan banyak tank di Libanon Selatan. Pengamat militer Israel menyebutkan, kemungkinan besar Merkava dihancurkan oleh rudal antitank buatan Rusia, yaitu dari tipe Metis-M dan Kornet. Senjata anti tank Rusia lain, Sagger, juga telah diproduksi di Iran dan diyakini telah juga digunakan Hizbullah. Senjata-senjata tersebut mampu menembus lapisan baja setebal sampai satu meter dan memiliki jangkauan 1,5 sampai 5 km. alhasil Tank Merkava yang amat dibanggakan israel rontok tak berdaya dan memaksa Israel mundur.
Perang Rusia VS Georgia juga bernasib sama dimana Rusia mengerahkan tank2 MBT untuk menguasai Jalanan, sementara pejuang georgia menembak tank tersebut dengan misil anti tank dari balik gedung-gedung yang ada mengakibatkan kerugian besar bagi Rusia. Di Irak nasibnya lebih tragis, Tank-tank Saddam husein tak berdaya menghadapi gempuran helikopter, Pesawat pemangsa tank Thunderbold A-10, roket-roket yang ditembak dari MLRS Amerika Serikat tanpa harus menggerakkan Divisi Tank M1 Abrams yang dimiliki AS.
Sadar dengan kemampuan Tank Leopard RI, akhirnya negeri jiran kita meniru strategi tsb untuk tidak mengadu kekuatan Tanknya, dikabarkan tengah bernegoisasi dengan rusia untuk kontak pembelian sejumlah rudal dari perusahaan militer Rusia, Rosoboronexport. Rudal anti tank Kornet. Selain itu juga dari Afrika Selatan, yaitu canon system dan rudal anti-tank laser-guided untuk Malaysia, Rudal anti-tank Ingwe Afrika Selatan untuk membidik sasaran sejauh 2,5 – 5 kilometer.
Terbukti dalam hal ini Leopard yang didatangkan telah mampu menjadikan kegentaran bagi negara tetangga.
MERDEKA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H