Dua orang petugas keamanan meminta KTP kami. Memperhatikan wajah kami satu persatu. Membubuhkan stempel pada lengan kiri delapan pemuda kelaparan. Termasuk di lenganku. Tenang, tidak terdengar suara apapun. Setelah pintu ruangan dibuka, dentuman house music memekakkan telinga.
Wanita seksi di pintu menyambut kami. Mempersilahkan masuk dengan suara lembut. Sambil memberikan sebotol bir satu persatu. Kami pun duduk agak dekat dengan DJ. Sela satu meja. Sebotol bir kuberikan pada Wahyu. Anak satu ini jago minum. Pernah tidak mampu beli, alkohol 75% dengan sebotol air mineral pun ditenggak.
Aku mengambil jarak. Kuminta tiga bungkus rokok pada Pak bos. Aku pamit ke kamar kecil. Buset! Baunya bikin muntah. Diskotik sebesar ini. Di sebuah hotel, baunya mengalahkan air comberan.
Aku tidak kembali ke meja semula. Mencari meja kosong dekat pintu keluar. Teman-teman, asyik melantai dengan para penari seksi. Kuperhatikan, begitu terbawa. Mengikuti alunan musik. Joget sesukanya. Tidak ada pola, semaunya saja.
Aku? Sejak dari depan diskotik, hatiku tak berhenti istigfar. Masuk ruang dugem pun tetap istigfar. Meskipun kepala goyang-goyang menyesuaikan. Duduk di meja pojok, sambil terus merokok. Tak berhenti, mati, nyumet lagi. Hingga tiga pak rokok malam itu dadal. Tak tersisa. Padahal aku bukan ahli hisab.
Aneh! Malam Minggu yang terasa berbeda. Aku sadar sepenuhnya. Meskipun aku tetap senyum pada orang di dekatku. Bahkan pada cewek seksi yang mengajakku melantai. Tentu kutolak dengan sopan. Hatiku terus melafalkan istigfar. Terasa tak berhenti sama sekali. Badak, sebenarnya berusaha mengajak teman-teman yang lain segera pulang. Namun Pak bos, yang punya mobil, tak kelihatan. Bisa ditebak, Pak bos mengajak seorang perempuan ke kamar. Hohohihe . . . . Namanya juga bos, punya uang.
Hingga menjelang Subuh. Dugem pun dihentikan. Pak bos baru nongol. Lampu gemerlap sudah berganti biasa. Wajah-wajah asli sudah kelihatan. Cewek seksi terlihat dengan lampu temaram, tak secantik di perasaan.
Kami berdelapan keluar ruangan. Dari kejauhan terdengar suara qiraat pertanda Subuh segera datang.
Malam yang luar biasa. Lebih sepertiga malam hati basah istigfar.
Sungguh tak terasa, jika aku di tempat yang katanya penuh maksiat. Tak terasa sama sekali. Tenang dan damai di hati.
Kekhawatiran Badak tak terbukti sama sekali. Justru aku ingat dan sadar atas keberadaan Tuhan. Istigfar dan istigfar. Apa diantara pengunjung terdapat wali Allah menyamar? Wallaahu a'lam. (*)