Mohon tunggu...
Zaenab Kamil
Zaenab Kamil Mohon Tunggu... -

antique dan berkelas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bayiku

24 Juli 2012   11:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:41 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ini bukan anak berbakti. Bahkan pulang membawa anak yang mungil kecil tak berdaya. Umi Abi, tanpa malu ku ketuk pintu rumahmu. Membawa cerita yang aku sendiri tak sanggup mendengarnya. Umi tergolek lemah, begitu pula bayi kecil dalam pelukkanku. Abi hanya diam didepan pintu. Menunduk marah, seperti bayi kecil dalam pelukkanku.

Aku ini bukan anak berbakti. Bahkan pulang membawa malu dan kekotoran yang takkan bisa kubasuh lagi. Kata orang disana, aku harusnya sudah mati malu. Ya, aku harusnya mati. Maka tanpa malu ku ketuk pintu pulang. Umi Abi, bayiku ini tidak bersalah. Lihatlah wajahnya, dan jangan bayangkan siapa yang telah melahirkannya.

Aku ini bukan anak berbakti. Bahkan pulang membawa titipan. Umi Abi maafkan aku. Mati digantung pun takkan bisa mengganti rasa yang telah menggores hatimu. Tapi hanya Umi Abi tempatku pulang tempatku kembali. Aku tak mau membuang bayi ini. Ku titipkan si kecil ini dengan rasa haru dan rasa yang tak bisa aku rasa.

Aku ini bukan anak berbakti. Sudah pulang membawa bayi, malu dan amanah baru untuk Umi Abi. Aku ini bukan anak berbakti, di usia senja Umi Abi malah membuat dunia ini terjungkir balik. Aku ini bukan anak berbakti, dan harusnya aku mati.

Bayiku, kamu itu anugerah. Kamu harus hidup dengan indah. Jangan rindukan aku atau bahkan menanyakan tentang aku.

Bayiku, kamu bukan alasanku untuk mati begini. Tapi aku harus mati karena telah mencelakai diriku sendiri. Maafkan aku.

Bayiku, kamu harus menyayangi Umi Abi. Tumbuhlah jadi anak berbakti.
Maaf Umi. Maaf Abi. Maaf Yaa Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun