Menggali Arah Baru: Krisis ISBN dan Solusinya di Negeri Pustaka - Indonesia, tanah air yang kaya akan keberagaman, termasuk dalam dunia penerbitan.Â
Namun, siapa sangka, di balik gemerlapnya kata-kata dalam setiap halaman buku, kita tengah menghadapi krisis ISBN yang cukup mengkhawatirkan.
Proses Menerbitkan Buku: Kompleksitas di Balik Karya Sastra
Bagi penulis, menerbitkan buku adalah perjalanan penuh tantangan. Tahukah Anda, ada serangkaian proses kompleks sebelum sebuah buku melihat matahari? Dari konsep hingga tinta terakhir pada halaman, semuanya diatur dan diawasi, termasuk pemberian ISBN.
Menurut Penulis terkenal tentang penerbitan, Stephen King, dalam bukunya "On Writing: A Memoir of the Craft," ia menyatakan, "Menulis buku hanyalah setengah perjalanan. Menerbitkannya adalah perjalanan penuh liku dan ketidakpastian."
Kriteria dan Keunikan ISBN: Kode Identifikasi yang Mendetail
ISBN bukanlah sekadar deretan angka acak. Itu adalah kode identifikasi unik yang membawa keberhasilan suatu buku. Dari asal negara hingga nomor penerbit, semuanya tertulis dengan rinci dalam ISBN. Inilah yang membuat setiap buku dapat dikenali, dilacak, dan dipasarkan dengan efisien.
Menurut Kode ISBN 2022, "ISBN terdiri dari 13 digit angka unik, dimana tiga digit pertama adalah prefix yang menandakan asal negara atau kelompok bahasa tertentu, diikuti oleh grup digit yang mengidentifikasi penerbit dan buku secara spesifik."
Krisis ISBN: Teka-Teki di Balik Nomor Identitas
Namun, belakangan, kita disuguhi cerita mengenai krisis ISBN di Indonesia. Badan Internasional ISBN memberikan teguran kepada Perpustakaan Nasional karena produksi buku yang dianggap tak seimbang.Â
Penyebabnya? Lonjakan penerbitan masif selama pandemi COVID-19.
Dalam laporan terkini dari Reuters pada 10 Januari 2023, "Krisis ISBN di Indonesia disebabkan oleh adanya lonjakan penerbitan buku selama pandemi COVID-19. Badan Internasional ISBN mencatat peningkatan yang signifikan dalam pendaftaran ISBN, yang dianggap sebagai langkah drastis yang harus diatasi."
Lembaga penerbitan UNS Press menggambarkan bahwa krisis ini lahir dari imbas penerbitan besar-besaran saat masa pandemi. Perpustakaan Nasional menjawab dengan langkah-langkah pembatasan pemberian ISBN, mengamati ketat setiap publikasi yang dianggap tak relevan.