Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama yang dihadapi banyak negara, termasuk Indonesia. Sebagai negara agraris dengan populasi besar, tantangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perubahan pola konsumsi. Dalam beberapa tahun terakhir, ketergantungan pada impor pangan menjadi sorotan karena dinilai dapat melemahkan kedaulatan pangan nasional. Menurut data Kementerian Perdagangan, lebih dari 20% kebutuhan pangan pokok seperti beras, jagung, dan kedelai masih dipenuhi melalui impor.Â
Ketika krisis global atau gangguan perdagangan internasional terjadi, negara-negara yang terlalu bergantung pada impor akan rentan terhadap kelangkaan pangan dan kenaikan harga. Hal ini semakin terlihat jelas selama pandemi COVID-19 dan konflik geopolitik global yang mengganggu rantai pasokan pangan. Di Indonesia, ketergantungan ini tidak hanya memengaruhi stabilitas ekonomi, tetapi juga kesejahteraan masyarakat, terutama di wilayah pedesaan dan daerah terpencil yang aksesnya terbatas. Oleh karena itu, strategi memperkuat ketahanan pangan lokal menjadi krusial dalam mengurangi kerentanan ini serta mewujudkan kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan impor.
Mengurangi ketergantungan impor bukan hanya tentang menurunkan angka impor pangan, tetapi juga tentang membangun sistem pangan yang lebih mandiri dan berkelanjutan. Dalam opini ini, saya berpendapat bahwa pemerintah harus memprioritaskan kebijakan yang mendukung pertanian lokal dan inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi dalam negeri, serta memperkuat rantai pasokan lokal.
Beberapa poin utama yang relevan untuk dilakukan oleh pemerintah yaitu :
- Kebijakan Publik yang Berorientasi pada Ketahanan Pangan Lokal, Ketahanan pangan lokal hanya bisa tercapai jika kebijakan publik mendukung produksi pertanian dalam negeri. Pemerintah perlu memberikan insentif bagi petani lokal, seperti subsidi pupuk dan akses mudah terhadap kredit usaha tani. Selain itu, perbaikan infrastruktur, seperti irigasi dan transportasi, akan membantu mengurangi biaya produksi dan distribusi pangan. Sebuah laporan dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa subsidi pertanian yang efektif dapat meningkatkan produktivitas pertanian hingga 30%. Dukungan kebijakan ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor pangan yang sebagian besar datang dari negara-negara seperti Thailand dan Vietnam untuk beras, atau Amerika Serikat untuk kedelai.
- Fenomena Sosial: Pemberdayaan Masyarakat Lokal, Di luar kebijakan pemerintah, masyarakat lokal juga memegang peranan penting dalam ketahanan pangan. Melalui pemberdayaan komunitas, khususnya petani kecil, Indonesia bisa meningkatkan kemandirian pangan. Banyak komunitas lokal sudah mulai mengembangkan pertanian organik dan pasar tani lokal yang mendukung produk-produk pertanian setempat. Ini adalah langkah awal yang baik, namun perlu lebih banyak upaya untuk memperluas dampaknya secara nasional. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor pertanian terhadap PDB mencapai sekitar 13% pada 2023, tetapi tantangan yang dihadapi oleh petani kecil, seperti akses pasar dan teknologi, masih perlu diatasi untuk memaksimalkan potensi ini.
- Isu Lingkungan: Pertanian Berkelanjutan, Ketahanan pangan lokal tidak bisa dipisahkan dari isu lingkungan. Salah satu tantangan besar adalah perubahan iklim, yang berdampak pada pola cuaca dan ketersediaan air. Oleh karena itu, strategi pertanian yang berkelanjutan perlu diperkuat untuk menjaga ketahanan pangan jangka panjang. Teknologi seperti pertanian hidroponik, penggunaan benih unggul tahan cuaca, serta manajemen sumber daya air yang efisien dapat membantu menjaga stabilitas produksi pangan meskipun menghadapi tantangan iklim. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Sustainable Agriculture, penggunaan teknologi pertanian modern dapat meningkatkan produktivitas hingga 40% tanpa merusak lingkungan.
- Politik dan Ekonomi: Mengurangi Ketergantungan Ekonomi pada Impor Mengurangi impor pangan berarti memperkuat ekonomi nasional. Ketergantungan pada impor bukan hanya melemahkan ketahanan pangan, tetapi juga dapat menimbulkan masalah ekonomi ketika terjadi fluktuasi harga di pasar global. Indonesia harus berupaya untuk mandiri dalam produksi pangan pokok seperti beras, jagung, dan kedelai. Diversifikasi sumber pangan juga perlu didorong, misalnya dengan mempromosikan konsumsi pangan lokal seperti sagu dan umbi-umbian sebagai alternatif beras. Hal ini akan membantu memperkuat ekonomi pedesaan sekaligus mengurangi tekanan pada impor pangan.
Ada yang berpendapat bahwa impor pangan tidak bisa dihindari karena keterbatasan lahan pertanian dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Namun, pendapat ini bisa disanggah dengan argumen bahwa inovasi dalam teknologi pertanian dan perbaikan kebijakan dapat mengoptimalkan produksi pangan dalam negeri. Penggunaan teknologi seperti drone pertanian, aplikasi pemantauan cuaca, dan sistem irigasi cerdas mampu meningkatkan produktivitas lahan yang ada.
Jadi dapat di simpulkan bahwa mengurangi ketergantungan impor melalui penguatan ketahanan pangan lokal adalah langkah strategis untuk mencapai kemandirian pangan. Pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang mendukung pertanian lokal, masyarakat harus diberdayakan, dan inovasi teknologi perlu diadopsi untuk memastikan keberlanjutan produksi pangan. Dengan demikian, Indonesia dapat mencapai ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan, sekaligus mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi pasar global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H