Revolusi Keamanan Siber pada Transformasi Pertahanan dan Keamanan Era Digital di Indonesia
Oleh: Assyfa Nuraini, Dhiya Hairunnisa, Dzadan Jabbar Hakim
Dalam era digital yang semakin maju, ancaman siber terhadap pertahanan dan keamanan nasional Indonesia menjadi semakin kompleks dan terus berkembang. Untuk menghadapinya, modernisasi infrastruktur keamanan, pengembangan tim siber nasional, serta penguatan kerja sama internasional menjadi langkah-langkah krusial yang harus dilakukan. Dengan strategi ini, Indonesia diharapkan dapat membangun ketahanan siber yang kuat dan efektif, melindungi kedaulatan dan keamanan nasional di era digital ini.
Modernisasi Infrastruktur Keamanan
Modernisasi infrastruktur keamanan merupakan langkah awal yang sangat penting. Infrastruktur teknologi informasi (TI) militer yang usang atau tidak memadai dapat menjadi celah bagi serangan siber. Oleh karena itu, pembaruan dan peningkatan infrastruktur TI militer harus menjadi prioritas utama. Indonesia perlu mengadopsi teknologi terbaru dalam keamanan siber seperti sistem deteksi intrusi (IDS), firewall canggih, enkripsi data, serta solusi keamanan berbasis kecerdasan buatan (AI). Contohnya, Amerika Serikat telah berhasil mengimplementasikan sistem keamanan canggih seperti Einstein 3A yang mampu mendeteksi dan memblokir serangan siber secara real-time.
Teknologi Deteksi Intrusi
Amerika Serikat menggunakan Einstein 3A, sebuah sistem deteksi dan pencegahan intrusi yang canggih. Sementara itu, China mengandalkan Great Firewall yang tidak hanya berfungsi sebagai sensor dan kontrol internet, tetapi juga memiliki kemampuan deteksi dan pencegahan intrusi yang tinggi. Estonia telah mengimplementasikan Intrusion Detection System yang efektif, sementara Indonesia masih dalam tahap pengembangan teknologi deteksi intrusi.
Enkripsi Data
Amerika Serikat menggunakan enkripsi lanjutan untuk melindungi data sensitif, dan China sedang mengembangkan enkripsi kuantum yang sangat aman. Estonia menggunakan Secure Data Transmission untuk memastikan keamanan data melalui enkripsi yang kuat. Di sisi lain, Indonesia memiliki keterbatasan dalam enkripsi data, yang merupakan area kritis yang perlu ditingkatkan.
Penggunaan Kecerdasan Buatan
Amerika Serikat menerapkan kecerdasan buatan (AI) secara luas dalam keamanan siber, mulai dari deteksi ancaman hingga respons otomatis. China dan Estonia juga mengembangkan AI untuk keamanan siber, meskipun dengan skala yang berbeda. Indonesia masih memiliki penggunaan AI yang terbatas dalam bidang ini, yang perlu diperhatikan dan dikembangkan lebih lanjut.