Mohon tunggu...
Dzadan Jabbar hakim
Dzadan Jabbar hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengalah bukan berarti kalah, bergerak dalam diam senyap seperti malam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Revolusi Keamanan Siber pada Tranformasi Pertahanan dan keamanan Era Digital di Indonesia

26 Juni 2024   00:19 Diperbarui: 26 Juni 2024   00:21 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Revolusi Keamanan Siber pada Transformasi Pertahanan dan Keamanan Era Digital di Indonesia

Oleh: Assyfa Nuraini, Dhiya Hairunnisa, Dzadan Jabbar Hakim

Dalam era digital yang semakin maju, ancaman siber terhadap pertahanan dan keamanan nasional Indonesia menjadi semakin kompleks dan terus berkembang. Untuk menghadapinya, modernisasi infrastruktur keamanan, pengembangan tim siber nasional, serta penguatan kerja sama internasional menjadi langkah-langkah krusial yang harus dilakukan. Dengan strategi ini, Indonesia diharapkan dapat membangun ketahanan siber yang kuat dan efektif, melindungi kedaulatan dan keamanan nasional di era digital ini.

Modernisasi Infrastruktur Keamanan

Modernisasi infrastruktur keamanan merupakan langkah awal yang sangat penting. Infrastruktur teknologi informasi (TI) militer yang usang atau tidak memadai dapat menjadi celah bagi serangan siber. Oleh karena itu, pembaruan dan peningkatan infrastruktur TI militer harus menjadi prioritas utama. Indonesia perlu mengadopsi teknologi terbaru dalam keamanan siber seperti sistem deteksi intrusi (IDS), firewall canggih, enkripsi data, serta solusi keamanan berbasis kecerdasan buatan (AI). Contohnya, Amerika Serikat telah berhasil mengimplementasikan sistem keamanan canggih seperti Einstein 3A yang mampu mendeteksi dan memblokir serangan siber secara real-time.

Teknologi Deteksi Intrusi

Amerika Serikat menggunakan Einstein 3A, sebuah sistem deteksi dan pencegahan intrusi yang canggih. Sementara itu, China mengandalkan Great Firewall yang tidak hanya berfungsi sebagai sensor dan kontrol internet, tetapi juga memiliki kemampuan deteksi dan pencegahan intrusi yang tinggi. Estonia telah mengimplementasikan Intrusion Detection System yang efektif, sementara Indonesia masih dalam tahap pengembangan teknologi deteksi intrusi.

Enkripsi Data

Amerika Serikat menggunakan enkripsi lanjutan untuk melindungi data sensitif, dan China sedang mengembangkan enkripsi kuantum yang sangat aman. Estonia menggunakan Secure Data Transmission untuk memastikan keamanan data melalui enkripsi yang kuat. Di sisi lain, Indonesia memiliki keterbatasan dalam enkripsi data, yang merupakan area kritis yang perlu ditingkatkan.

Penggunaan Kecerdasan Buatan

Amerika Serikat menerapkan kecerdasan buatan (AI) secara luas dalam keamanan siber, mulai dari deteksi ancaman hingga respons otomatis. China dan Estonia juga mengembangkan AI untuk keamanan siber, meskipun dengan skala yang berbeda. Indonesia masih memiliki penggunaan AI yang terbatas dalam bidang ini, yang perlu diperhatikan dan dikembangkan lebih lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun