Mohon tunggu...
Zacky hasan
Zacky hasan Mohon Tunggu... Penulis - kuli tinta

setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk menjadi bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bahaya Limbah Plastik dan Cara Mengatasinya

14 Februari 2021   11:06 Diperbarui: 14 Februari 2021   11:14 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2, 1 miliar metrik ton limbah plastik dalam setahunnya, menurut  peneliti dari konsultan versik maplecroft. Lalu bagaimana dengan tigah puluh tahunan mendatang? Bahkan para ilmuwan menafsirkan jumlah limbah plastik akan lebih banyak dari pada ikan di laut. Oleh beberapa orang mengandalkan profesi nelayan sebagai cara untuk bertahan hidup.

Pada tahun 2015, Indonesia menduduki penyumbang limbah plastik terbanyak ke dua setelah china. Di mana angka 0,48-1.29 jutaan ton yang dicapainhya

Kenapa harus limbah plastik? Tentunya, terurainya limbah plastik membutuhkan waktu yang cukup lama. Misal, kantong plastik yang mudah kita temui di toko terdekat, bisa terurai dari waktu 10 tahun hingga 1000 tahun. Faktanya, tak hanya air yang tak bisa menembus plastik, begitupun bumi yang kesulitan untuk mengurainya. Selain dari kantong plastik, ada juga botol plastik di mana bisa terurai dari 70 hingga 450 tahun.           

Ada beberapa dampak yang harus kita highlight dari adanya limbah, yaitu rusaknya ekosistem dan kotornya laut yang akan memberikan dampak pada lingkungan sekitarnya. Ada sekitar 1000 kematian penyu dalam setiap tahunnya, menurut penelitian yang dikutip dari sartika (2017). Sedangkan sekitar 7 spesies penyu tersebut ada di indonesia yang merupakan warisan dari leluhur. Berdasarkan sekretariat konvensi, ada sekitar 800 spesies yang akan membahayakannya, termasuk burung laut.

Terancamnya spesies menjadi akibat dari adanya limbah plastik. Seperti paus yeng telan 80 kantong plastik di thailand dan pada akhirnya paus itu mati di tahun 2018. Ada juga bangkai burung di mana terdapat tutup botol plastik dan berbagai benda lainnya dalam perutnya. Sedangkan di indonesia, ada penyu yang tersumbat sedotan plastik di hidungnya hingga menteri kelautan ikut menyayangkan. Dari tragedi-tragedi tersebut, masih banyak lagi yang tak bisa disebutkan di artikel ini.     

Sedangkan ada beberapa perusahan internasional yang harus tanggung jawab akan hal tersebut. Seperti coca-cola, pepsiCo, dan Nestle di mana dinobatkan sebagai perusahaan penyumbang limbah plastik terbanyak. Meskipun ada upaya untuk mengurangi plastik sekali pakai, tapi tetap sajah tak ada dampak positifnya.    

Upaya pengurangan limbah plastik harus benar-benar disikapi oleh pemerintah. Dikutip dari The conversation, pada 2016 februari lalu ada pengupayaan berbayar dari penggunaan plastik. Tapi apalah daya tak ada payung hukum untuk menghakiminya.

Adapun 7 wilayah indonesia dikutip dari cosmopolitan.com yang melarang adanya plastik sekali pakai di toko sekitar maupun di supermarket. Yaitu Banjarmasin, Balikpapan,Jambi, jayapura, Bali, Surabaya, dan Jakarta. Adanya pengupayaan tersebut membuahkan hasil di mana berkurangnya limbah di daerah tersebut.

Di sisi lain, harus ada pengupayaan dari perusahaan untuk mengurangi produksi plastik sekali pakai, karena tidak mungkin pengupayaan terjadi hanya sepihak. Dalam artian, perusahaan yang paling banyak menyumbang limbah plastik harus bertanggung jawab, seperti Coca, pepsiCo, dan Nestle. Entah, ada program untuk pengurangan terhadap penggunaan plastik sekali pakai ataupun bekerjasama dengan plastic recovery organization untuk meminimilisir limbah plastik.

Maka dari itu, harus ada kesadaran dalam setiap elemen. Maupun masyarakat untuk merubah pola pikir mereka untuk kritis terhadap hal sepele yang mengakibatkan dampak besar bagi lingkungan kita.  Dari peran peran keluarga hingga kepala daerah harus benar-benar cerdas menyikapi hal tersebut. Dan peran pemerintah pusat harus memberi payung hukum terhadap penanganan limbah plastik.

Beberapa misal untuk mengurangi limbah plastik seperti membawa botol minuman sendiri dengan tidak membeli minuman yang sekali pakai. Menghindari penggunaan sedotan dengan cara meneguk secara langsung ke gelasnya. Membeli dalam kemasan besar, karena sesering kamu belanja, maka semakin banyak limbah plastik. Membawa tas belanja sendiri dengan menolak untuk diberi plastik. Membeli produk dengan kemasan yang menggunakan beling karena selain ramah lingkungan, kalian bisa menggunakannya untuk menaruh makanan lain.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun