Indonesia tengah menghadapi perubahan dramatis dalam bebagai bidang, baik ekonomi, pendidikan pembangunan dan lain sebagainya. Masyarakat sekarang menjadi lebih kritis pada permasalahan apapun terkait perubahan tersebut yang muncul ke permukaan dan dirasakan oleh masyarakat langsung. Masyarakat sudah bosan dengan  gaya kepemimpinan formal (dianggap sebagian orang sebagai kaku) dan panjangnya proses birokrasi yang harus mereka tembus. Jokowi (Presdien Indonesia yang sekarang menjabat) datang dengan gaya kepemimpinan baru yang dianggap informal bagi sebagian orang. Salah satu hal yang unik pada sosok presiden yang satu ini adalah blusukan. Agenda rutin yang sudah dilakukan di berbagai tempat hampir di seluruh pelosok negara ini dianggap ampuh untuk memangkas birokrasi seperti yang diinginkan oleh banyak masyarakat. Terlepas dari pro dan kontra, sosok yang satu ini cukup banyak digemari oleh para rakyatnya. Ia dianggap memiliki kepribadian yang ramah serta lucu, cenderung berbeda dengan presiden-presdien Indonesia sebelumnya. Apakah Indonesia memang membutuhkan pemimpin dengan kepribadian ekstrovert seperti itu? Sebelum menjawab itu kita perlu menganalisa kepribadian dari peraih nominasi World Mayor 2012 ini.
 Melalui pendekan psikologis, penulis mencoba menjabarkan kepribadian yang ada pada diri Presiden Joko Widodo. Psikologi sendiri merupakan bidang ilmu (terapan) yang mempelajari tentang perilaku, fungsi mental serta proses mental manusia. Dan kepribadian merupakan salah satu salah satu sorotan penting dalam dunia psikologi. Keprinbadian merupakan ciri-ciri dan sifat (trait) yang melekat dan menonjol pada individu. Tentunya kepribadian individu satu dengan lainnya akan berbeda. Dalam ranah politik psikologi digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan politik yang berkaitan dengan individu sebagai "pelaku" di dalamnya.
Melalui teori Big Five Personality, penulis mencoba untuk menjabarkan kepribadian presiden Jokowi pada masing-masing tiper kepribadian. Tipe-tipe kepribadian menurut Big Five yakni Neuroticism (N), Extraversion (E), Openness to New Experience (O), Agreeableness (A), Conscientiousness (C). Analisa ini menggunakan metode content analysis dimana metode ini digunakan untuk mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktik yang berlaku, dan membuat perbandingan atau evaluasi. Dan data yang digunakan dalam analisa ini adalah berita-beita kunjungan Presiden Jokowi ke Bursa Efek Indonesia yang dimuat pada tanggal 4 Juli 2017 (Finance.detik, Ekonomy.okezone, Market.bisnis).
Sifat lain yang muncul pada diri Presiden Joko Widodo yakni Opennes (keterbukaan), Â presiden memiliki rasa keingintahuan yang tinggi yang membuatnya tidak segan untuk melakukan baik survei, peninjauan maupun sekedar kunjungan. Selain itu ia juga mampu memberikan ide-ide yang ia miliki terkait suatu hal dan diungkapkan ke publik (asertif). Di sisi lain presiden juga memiliki sifat Agreeableness yang dibuktikan dengan kemampuannya memberikan inisiatif solusi pada permasalahan yang ia temui di lapangan serta kemampuan untuk mencari jalan keluar yang saling menguntungkan bagi berbagai pihak. Dan yang paling penting adalah Presiden juga memiliki sifat Conscientiousness, dimana ia memiliki optimisme yang tinggi dan juga keyakninan untuk pencapaian prestasi yang tinggi, hal ini juga ia maksimalkan dengan memotivasi pihak-pihak lain agar mampu bekerjasama untuk memenuhi pencapaian yang ia harapkan. Hal ini secara umum bisa kita lihat pada saat presiden Joko Widodo melakukan kunjungan (blusukan) pada agenda-agenda tertentu.
Dari paparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa memang sifat-sifat utama yang dmiliki oleh Presiden Jokowi adalah sfat-sifat Ekstroversi. Tak heran jika beliau dikenal sebagai pribadi yang ramah, supel, lucu, bahkan blak-blakan di depan publik dan media. Ia juga tak segan untuk berbaur langsung bersama masyarakat, melakukan kunjungan serta memiliki optimisme yang tinggi dan disebarkan pada orang-orang di sekitarnya.
Referensi:
- John, O.P., & Srivastava, S. 1999. The Big Five Trait Taxonomy :History, Measurement, and Teoritical Perspectivein Handbook of Personality. New York :The Gilford Press
- Pervin, L., A., Cervone, D., dan John, O., P. 2005. Personality: Theory and Research (9th ed). Hoboken, N J : Wiley
- Rakhmat, Jalaluddian.2009.Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
- Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
- https://Finance.detik.com/ Accessed on 26th July 2017
- https://Ekonomy.okezone.com/ Accessed on 26th July 2017
- https://Market.bisnis.com/ Accessed on 26th July 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H