STAN belom rezeki, UNAIR pun jadi
Secarik kertas yang hanya bergores tinta tapi bermakna. Yaps, kertas penyemangat namanya. Salam buat STAN kamu memang belom menjadi bagian dari hidup saya, tapi tanpa STAN saya bukan apa-apa. Selama satu tahun mengikuti bimbingan di salah satu lembaga kursus kedinasan surabaya,pagi sampai sore sekolah pulangnya langsung berangkat kursus.Â
Dengan keyakinan hati bahwa STAN sudah di depan mata. Latian fisik dijalani, persiapan akademik pun tak terlupakan. Cape, pusing, sakit-sakitan, sampai lupa makan sudah dilalui. Jatuh bangkit lagi,jatuh bangkit lagi juga sudah pernah. Mimpi menjadi salah satu mahasiswi STAN mustahil bagi saya, tetapi tak berhenti disitu.
Pendaftaran jalur SNBP dari sekolah nampaknya sudah tiba. Jiwa menggebu-gebu ingin mencobanya dengan ketulusan hati mengikuti seluruh rangkaian pendaftarannya. Tak ada niat bahwa ingin benar-benar lolos dijalur pendaftaran ini. Menjadi mahasiswi kampus terbaik se-Indonesia tak pernah terfikirkan. Akan tetapi, Tuhan menjawab usaha dan doa ku bahwa Universitas Airlangga yang terbaik untukku. Ternyata kampus terbaik dan dekat dengan rumah tanpa jauh dari orangtua itu yang menjadi rezeki buat saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H