Dalam hidup ini, sering kali kita dihadapakan pada pilihan-pilihan. Kita tentunya yang tengah berada di tengah-tengah milyaran Manusia disebut sebagai pelaku. Yah… pelaku dan pilihan itu adalah objek kita. ibarat jarum jam yang harus memilih berputar dan harus menjalajahi satu persatu angkah-angkahnyauntuk menyempurnakan tugasnya, yakni menggerakan jarum panjang untuk membuat jarum pendek itu bergoyang keangka-angka setelahnya.
Indonesia adalah Negara nan indah. Hijauanya membentang dari sabang hingga marauke. Budayannya yang kaya dan bahasa yang dituturkan di berbagai tempat menandakan bahwa Negri ini betul-betul kaya. Bagiku Negri ini adalah tempat abdi bukan sebagai sarana memperkaya pribadi atau untuk sekedar berhuru-hara di kursi-kursi nan empuk dan terpandaang. Adakalanya kita mesti merenungi itu semua dan mengmbil banyak inspirisi kemudian membentuk karya pada apa yang kita punya.
Budaya dan tradisi Luhur yang menjadi mahkota kita (rakyat Indonesia) adalah emas yang tertumpuk dalam tanah yang basah. Tanah basah tentunya berbeda dengan tanah kering, bahkan tanah yang padat sekalikupun. Ketika kita berjalan diatas tanah yang basah maka daratan tersebut melembek dan kemudian apa yang terdapat di dalamnya akan mudah dirasakan atau ditemukan. Penulis berharap dari analogi ini kita makin semangat berjalan dan mencari komponen-komponen milik sendiri dan kemudian mengembangkan dan mengabungkannya menjadi karya yang mewah, besar dan indah.
Ketika harus memilih kita tentunya akan menunjuk dan berusaha mengambil yang paling baik. Mungkin prinsip-prinsip dasar yang harusnya dan lebih baik adalah meralat kemudian merangkai tekstur profil bdaya lokal untuk diberdayakan sebagai karya, baik karya abstarak maupun kongkrit. Selagi untuk menunjukkan jati diri juga sebagai perangsang daya imajinasi untuk dialokasikan pada hal yang lebih baik dan bermanfaat pula bagi orang lain, terutama bagiu saudara setanah air.
Dari singkatnya paparan ini, berharap bahwa adanya perhatian yang besar untuk lebih intrest dalam mengambil dan melukis banyak kebaikan untuk Negri ini. ladang yang terhampar hujan yang terus membasahi serta iklim tropis yang segar untuk sekedar inspiriasi dan wacana memabangun dan memberdayakan budaya lokal adalah sebuah sprit nyata. teringat ukiran indah di gerbang tempat saya dilahirkan berbunyi "kalau bukan kita siapa lagi kalau bukan sekarang ya kapan lagi"- butta salewangang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H