Mohon tunggu...
Muhammad Zablin
Muhammad Zablin Mohon Tunggu... -

pegawai bps

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Antara Kenaikan Harga Cabai dan Kenaikan TDL

31 Juli 2010   03:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:25 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu cepat respon pemerintah ketika BPS mengumumkan bahwa salah satu penyebab inflasi di bulan juni 2010 adalah kenaikan harga cabai. Atau begitu siapnya operasi pasar yang dilakukan oleh departemen perdagangan begitu ada indikasi kenaikan harga beras. Tapi disisi lain pemerintah menyetujui kenaikan TDL dan tidak berbuat banyak ketika harga barang-barang industri meningkat.

Benarkah produktivitas petani begitu rendahnya sehingga walaupun sudah bekerja seharian, tetap saja penghasilannya belum mampu mensejahterakan keluarganya? Sementara ada segelintir penduduk negeri ini yang bekerja beberapa jam saja tapi menikmati pendapatan yang jauh lebih tinggi. Disamping produktivitas yang rendah, harga produk pertanian yang rendah telah mengakibatkan rendahnya pendapatan petani, sehingga segiat apapun mereka bekerja, sebanyak apapun bibit dan pupuk disubsidi tetap tidak bisa membebaskan petani dari jerat-jerat kemiskinan.

Ketika harga cabai, beras, sayur dan hasil pertanian lain naik, seharusnya pada saat itulah petani menikmati pendapatan yang lebih baik atas hasil kerjanya. Dalam rangka stabilitas harga seharusnya pemerintah menciptakan keseimbangan baru sehingga petani mendapatkan harga yang pantas untuk produknya bukan malah berusaha menurunkan harga. Tetapi disisi lain pemerintah berdiam diri ketika harga barang hasil industri merangkak naik.

Petani terus menerus mengalami kerugian sementara sektor industri yang dikuasai segelintir penduduk dan pihak asing menikmati keuntungan yang berlimpah. Pembiaran atas kondisi seperti sama saja dengan sengaja membiarkan masyarakat hidup miskin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun