Suatu saat Nabi Muhammad SAW buka puasa menikmati kurma bersama sahabat. Diantaranya ada Sayyidina Ali ra. Namanya juga buka puasa, tentu lahap. Tapi sudah maklum, Nabi SAW paling menghindari makan terlalu banyak.
Ali ra sangat tahu kebiasaan Nabi SAW tersebut. Lalu timbul pikiran iseng. Bagaimana andai Kanjeng Nabi digambarkan sebagai sosok yang makan berlebihan. Bertolak belakang dengan prinsip yang selama ini di pegang beliau.
Anda tahu, kebiasaan ketika itu adalah meletakkan sampah yang berupa biji kurma didepan masing-masing. Maka dapat diketahui siapa yang makan paling banyak. Dengan cara melihat tumpukan biji kurma.
Dari situlah Ali beraksi. Diam-diam biji kurma di depan dirinya di geser ke depan Nabi SAW. Akibatnya, setelah buka puasa terlihat tumpukan biji kurma milik Nabi SAW melampaui jumlah milik para sahabat yang lain. Menandakan bahwa Nabi-lah yang dahar paling banyak.
Sambil tersenyum dan melirik tumpukan biji kurma didepan Nabi, Ali ra lalu berseloroh. “Wahai Nabi SAW, apakah engkau begitu sangat lapar, hingga begitu banyak kurma yang engkau habiskan..?”.
Nabi Muhamad SAW tentu agak terkejut. Lha wong makan banyak bukan tipe beliau. Kok tiba-tiba sampah biji kurmanya menumpuk melebihi milik sahabat. Tapi beliau Nabi SAW tak marah atas ulah Ali ra. Malah tersenyum
Lalu secara diam-diam merancang “serangan balik” buat Ali ra. Nabi SAW tengok biji kurma milik Ali. Kelihatan sampai ludes tak tersisa. Di pindah semuanya ke depan beliau. Lalu beliaupun membalas pertanyaan Ali ra.
Kata Nabi SAW, “Bukannya engkau yang sebenarnya terlalu lapar wahai Ali. Lihat di depanmu tak tersisa satupun biji kurma. Saking laparnya, rupanya engkau tak hanya makan dagingnya. Tapi sekaligus juga dengan biji-bijinya”.. Geerrr.., para sahabat tertawa mendengar balasan Nabi.. (Hadits Riwayat Bukhari)
Ya begitulah para pembaca sekalian. Suasana kehidupan sosial jaman Nabi SAW amat beragam. Tidak seperti gambaran sebagian para penceramah selama ini. Bahwa jaman Nabi senantiasa dipenuhi oleh doktrin dan perang.
Sebaliknya, di sela-sela berkumpul dengan para sahabat, ditengah kesibukan menjalankan tugas sebagai pemimpin umat muslim ketika itu, Nabi justru menampilkan sosok yang humble dan terbuka. Lebih dari itu, membiarkan para sahabat bertingkah humor atau lucu semacam prank Ali ra tadi.