Kemarin ada berita aktual yang sangat menarik untuk di ulas. Menarik, karena muncul fenomena yang tak biasanya terjadi kepada sebuah partai politik yang dicap punya idealisme kuat. Beritanya adalah tentang pertemuan antara para petinggi Gerindra dengan Partai Solidaritas Indonesia atau PSI. Tak tanggung-tanggung, Gerindra bahkan di kawal sendiri oleh Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum, yang sekaligus bakal capres lawan terberat Ganjar Pranowo dari PDIP.
Gerindra adalah partai besar. Menempati urutan kedua dibawah PDIP. Sedang PSI, jangankan masuk ranking. Satu kursipun tak punya di DPR RI. Makanya, perjumpaan keduanya layak disamakan dengan drama Korea berjudul Princess Hours. Itu lho kisah cinta antara Putra Mahkota Kerajaan dengan gadis dari keluarga biasa saja. Awalnya tidak suka. Tapi pada akhirnya saling jatuh cinta.
Sebelumnya, sudah maklum kan kalau PSI dukung Ganjar capres. Malah merupakan parpol yang paling awal melakukan deklarasi, jauh mendahului PDIP yang tak lain “rumah” Ganjar sendiri. Sebaliknya, terhadap Prabowo Subianto PSI rajin menyampaikan kritik. Terlebih, saat pilpres 2019 lalu PSI sempat kasih penghargaan minor kepada Prabowo. Namanya “Kebohongan Award”.
Kini “perseteruan” tersebut hilang. Diganti saling puji satu sama lain. Disarikan dari berbagai sumber, pasca kunjungannya ke markas PSI, Prabowo mengaku cocok dengan Partai Solidaritas Indonesia. Sementara elit PSI Grace Natalie mengucapkan terima kasih. Juga merasa terhormat. Karena sebagai partai besar Gerindra berkenan memenuhi undangan partai kecil macam PSI.
Pada kesempatan tersebut, saya yakin Prabowo bertemu Giring sebagai Ketua PSI. Juga beberapa jajaran pengurus lain. Kalau antar elit dua partai ketemu, apalagi mendekati momentum pemilu dan pilpres 2024, pastinya ada pembicaraan serius, meskipun di kemas dalam suasana santai. Tebakan saya, membahas soal posisi. Atau jangan-jangan keduanya sudah mencapai kata sepakat, alias saling mengisi. Wallahu’aklam.
Ya tak apalah. Namanya juga hidup di dunia politik. Mencari peluang untuk mendapatkan keuntungan adalah hal yang biasa. Dan partai manapun, jika di bukakan peluang pasti akan melakukannya. Namun dari sisi eksistensi, kunjungan Gerinda ke Markas PSI menyiratkan penilaian yang bersifat degradatif. Atau men-downgrade kualitas salah satu parpol. Terutama PSI.
Sebagaimana disampaikan Grace, Gerindra datang ke Markas PSI oleh sebab di undang. Artinya, yang aktif dalam hal ini adalah PSI, bukan Gerindra. Bisa diartikan pula, bahwa yang butuh ya PSI. Sementara Gerindra, sekedar memberi respon. Bisa jadi, datang memenuhi undangan karena tak enak hati. Meskipun tentu saja bergembira. Karena membuka peluang adanya dukungan kekuatan baru.
Mengapa PSI sampai bela-belain tiba-tiba mendatangkan Gerindra..? Naah ini yang patut di telisik. Berhubung antara kedua partai ini sebelumnya ada di garis demarkasi yang berbeda. Terutama soal dukungan kandidat capres. PSI ke Ganjar Pranowo. Sementara Prabowo Subianto bukanlah idola PSI. Sebelum ketemu, Prabowo dan PSI belum pernah “akur”.
Sekedar tahu, dari segi idealisme dukungan terhadap kandidat capres merupakan pilihan yang bersifat prinsip. PSI tentu sadar betul akan hal ini. Maka saya yakin, dulu sebelum mendeklarasikan Ganjar yang waktu itu di tandemkan dengan Ning Yenny Wahid sebagai cawapres, PSI pasti sudah melakukan kalkulasi sangat mendalam. Dan saya yakin pula, keputusan ini didasarkan pada kemampuan Ganjar. Yang oleh PSI pasti dianggap figur berkualitas.
Ingat ya, dari awal figur Prabowo Subianto sebagai bakal capres sudah muncul ke permukaan. Bahkan kadar kepastiannya untuk maju ke pilpres 2024 jauh lebih terbuka dibanding Ganjar. Lalu mengapa waktu itu justru yang di capreskan oleh PSI bukan Prabowo melainkan Ganjar Pranowo..? Padahal ketika itu Gubernur Jateng ini masih belum di putuskan secara resmi oleh PDIP.