sholat tarawih malam kesembilan..? Kalau tidak, saya bantu mengungkap kembali. Berdasar dalil, hikmah sholat tarawih malam kesembilan adalah seumpama ibadah kepada Allah seperti ibadah yang dilakukan oleh para Nabi. Anda tahu sendirilah kualitas ibadah Nabi. Pasti nomor wahid. Tak ada satupun manusia yang bisa menandingi.
Anda masih ingat hikmahSama halnya malam kesembilan, hikmah sholat tarawih malam ketujuh belas nanti masih ada sangkut paut dengan eksistensi para nabi. Hanya saja cakupannya lebih luas. Kalau yang kesembilan ada di seputar ibadah, maka yang ketujuh belas terkait pahala. Sebagaimana dalil berikut ini..:
Sekedar penjelasan, bahwa yang namanya pahala diberikan oleh Allah bukan hanya untuk perbuatan ibadah macam sholat, haji, puasa dan sejenisnya. Beberapa perbuatan lain, yang menurut penilaian orang tak masuk golongan ibadah, juga diganjar pahala. Bisa jadi, lebih besar dibanding ibadah. Bahkan bisa jadi pula menjadi sebab seorang muslim masukIlustrasinya demikian. Ajaran islam mengenal dua jenis hubungan. Pertama hubungan antara manusia dengan Allah. Namanya hablumminallah. Kedua, hubungan antar sesama manusia. Biasa disebut hablumminannas. Secara syariat, keduanya dihukumi wajib. Artinya, seorang muslim bukan hanya diharuskan untuk taat ibadah. Tapi juga harus memiliki hubungan baik dengan sesama manusia.
Sekedar mengandalkan ibadah saja untuk dapat surga, jangan harap. Pastinya ditolak oleh Allah. Ketika ngaji di pondok dulu, seorang ustad pernah menyampaikan. Bahwa umat muslim yang saat kiamat cuma membawa pahala sholat, haji serta ibadah-ibadah sejenis, ternyata tetap masuk neraka. Dengan kata lain, beberapa ibadah wajib itu ternyata tak cukup syarat membawanya masuk ke surga.
Mengapa..? Karena ibadah-ibadah tersebut terbatas pada lingkup hablumminallah. Meliputi kewajiban manusia kepada Allah saja. Sementara hablumminannas-nya, dilupakan. Boleh jadi, sholat seorang muslim sudah dilakukan sangat khusyuk, tak pernah meninggalkan puasa, selalu dzikir malam, tak pulang-pulang dari masjid, ngaji Qur’an istiqamah dan khatam berkali-kali
Tapi ternyata, ia melupakan tetangga yang kelaparan. Selalu memandang rendah saudaranya. Berkata jelek, mencela, sering memfitnah, berlaku dholim dan perbuatan-perbuatan negatif lainnya. Maka kelak saat kiamat, muslim yang begini ini oleh Malaikat Allah tetap digiring ke neraka. Bukan ke surga. Meskipun, sekali lagi, ibadah wajibnya terbilang super top.
Tak dapat dipungkiri, syarat mutlak untuk bisa masuk surga adalah pahala yang diberikan oleh Allah. Berdasar keterangan diatas, pahala dimaksud harus sempurna. Meliputi ganjaran karena perbuatan hablumminallah maupun hablumminnas. Hanya mengandalkan salah satu, tetap dalam pertimbangan tak memenuhi syarat. Ibarat kenaikan kelas disekolah, dianggap tak lulus ujian.
Manusia biasa seperti kita ini, tidak mungkin punya pahala sempurna. Dalam arti, sulit meyeimbangkan ganjaran antara hablumminallah dengan hablumminannas. Mengapa, karena kita punya qodrat salah dan lupa. Padahal, keseimbangan itu merupakan jalan masuk surga. Lalu siapa diantara golongan manusia yang sudah terjamin kesempuranaan pahalanya..?
Jawabannya adalah para Nabi. Maka bagi kita yang punya niat ingin menyempurnakan pahala, yang kemudian menjadi wasilah masuk surga, cobalah untuk bisa meraih pahala seperti dimiliki para Nabi. Caranya..? Jangan lewatkan untuk sholat tarawih nanti malam ketujuh belas. Mengapa, karena hikmahnya adalah Allah akan memberi kita pahala seperti pahala yang dimiliki para Nabi sebagaimana dalil pada awal tulisan ini. Semoga saja.. Amiinn…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H