Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Harapan Terhadap Rencana Pertemuan SBY, Salim Segaf dan Surya Paloh

7 Januari 2023   12:32 Diperbarui: 7 Januari 2023   12:53 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Timbal baliknya, nama Anies sebagai capres yang di usung oleh Nasdem juga akan di sosialisasikan secara bersama-sama. Baik oleh Demokrat maupun PKS. Jadinya kompak bukan..? Dengan demikian, tak akan ada lagi persepsi negatif. Bahwa Nasdem dapat lebih strategis, yakni capres. Sementara Demokrat atau PKS hanya kebagian cawapres atau menteri di kabinet.

Yang menarik juga untuk di ungkap adalah keinginan untuk menambah teman koalisi. Menurut Hermawi selanjutnya, meski anggota Koalisi Perubahan terdiri dari Nasdem, Demokrat dan PKS, masih terbuka kemungkinan jika ada partai lain yang ingin bergabung. Untuk kemudian bersama-sama ada di belakang capres Anies tarung rebutan vox pop di pilpres 2024.

Mungkinkah..? Menurut saya agak sulit. Ada beberapa alasan yang jadi latar belakang. Pertama, beberapa partai yang saat ini sudah tergabung di Koalisi Indonesia Bersatu macam Golkar, PPP dan PAN dan Koalisi Indonesia Raya atau KIR besutan Gerindra dan PKB, relatif sudah menemukan tempat yang pas. Jika salah satu ingin keluar dan masuk ke Koalisi Perubahan, pasti mikir dua kali.

Memang benar, PKB di KIR terlihat masih “goyang”. Tapi dalam pandangan saya, itu hanya merupakan salah satu strategi menggelitik Gerindra dan Prabowo. Agar lebih semangat dan tambah greget melirik Muhaimin Iskandar sebagai cawapres. Begitu gelitikan tersebut sukses, maka PKB dengan sendirinya akan istiqamah di KIR.

Kedua alasan tak enak ke Jokowi. Selama ini, eksistensi Anies Baswedan, Demokrat dan PKS dikenal sebagai lawan politik presiden. Terutama di koalisi pemerintah. Bagaimanapun juga, bergabung ke Koalisi Perubahan sama artinya dengan berteman dengan lawan politik Jokowi. Ya seperti fakta yang terjadi pada Nasdem belakangan ini. Pasca mencapreskan Anies Baswedan.

Gerindra, Golkar, PKB, PPP dan PAN tentu tak ingin fenomena yang terjadi pada Nasdem juga menimpa mereka. Mendapat persepsi negatif dari konstituen karena berubah haluan. Dari kawan menjadi lawan. Apalagi kalau melihat rencana Jokowi belakangan ini untuk mereshuffle kabinet. Pindah haluan jadi kawan Nasdem, pasti menjadi alternatif yang akan di pikir seribu kali.

Bagaimana PDIP? Dengan cara mewacanakan duet Anies-Puan sebagaimana pernah muncul beberapa waktu lalu..? Heheeeeeee.. Untuk yang ini tambah jauh lagi. Disamping adanya pertimbangan sebagaimana alasan kedua tadi, juga karena tambahan 2 alasan berikut ini. Bersama Demokrat susah sebab ada “permusuhan” abadi. Dengan PKS, sangat tak mungkin karena perbedaan ideologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun