Lagi googling berita. Biasa, apalagi kalau bukan untuk cari-cari info seputar banyak hal. Terutama soal politik. Khususnya terkait pilpres 2024. Tak sengaja, saya temukan laporan media lokal bernama rakyatsulsel.fajar.co.id. Tentang kegiatan Partai Nasdem. Parpol milik Surya Paloh, yang kapan hari sudah putuskan Anies Baswedan sebagai capres.
Beritanya sudah agak lama. Tayang pada 3 Desember 2022. Berjudul “Banjir Hadiah di Jalan Sehat Restorasi Partai Nasdem Pangkep Bareng Anies Baswedan”. Saya cermati, para peserta memang diguyur pemberian beragam cindera mata. Tentu lewat undian. Berturut-turut dari nilai terkecil hingga terbesar adalah : ratusan hadiah hiburan, 5 unit motor, 4 paket umroh dan 1 unit mobil.
Mencoba gali info lebih medalam, saya sempatkan mampir ke akun Twitter Pak Anies Baswedan. Yakin saya, pasti beliau akan cuitkan soal acara Nasdem di Pangkep itu. Mengapa, karena ada kaitan dengan tindak lanjut keputusan Nasdem. Sebagai kandidat, pastilah beliau tak kan lupa untuk mengabarkan apapun terkait pencapresan. Siapa tahu dapat menambah potensi menang rebutan vox pop.
Di situlah saya lihat sesuatu yang kurang maching. Setidaknya ini menurut pemikiran saya pribadi. Alasannya, karena tidak padu antara fakta pemberian hadiah dengan cuitan Pak Anies. Cuma tentu saja, saya tak bisa paksakan pendapat tersebut dengan persepsi anda para pembaca. Akibat sudut pandang dan posisi yang mungkin berbeda.
Apa isi cuitan Pak Anies..? Saya kutip secara lengkap tulisan beliau. Demikian bunyinya, “Puluhan ribu masyarakat sudah memenuhi lapangan di Kabupaten Pankejene dan Kepulauan (Pangkep) sejak selepas subuh. Kita semua datang secara sukarela, inilah para pejuang perubahan”. Hingga saya tulis artikel ini, cuitan Pak Anies mendapat 700-an komentar, 1000-an retwit dan 7000-an like.
Terdapat dua hal dari pernyataan Pak Anies yang menarik perhatian. Pertama soal kata “datang secara sukarela” dan “inilah para pejuang”. Mengapa menarik, karena ukuran apa yang diungkap Pak Anies bersifat abstrak. Tak bisa dijangkau melalui penglihatan virtual. Terlebih, punya nuansa sungguh ideal. Sangat mulia. Sementara di dunia politik, fakta yang banyak terjadi justru amat pragmatis. Penuh kepentingan jangka pendek.
Anda tahu, selaku makhluk hidup tak ada satupun manusia yang bisa mereka-reka, apalagi mengklaim dengan pasti, bahwa perbuatan seseorang didasarkan pada perasaan sukarela atau justru ada motivasi lain. Mengapa, karena soal demikian berhubungan dengan niat. Kalau sudah berbunyi niat, maka pasti tidaknya terdapat didalam hati. Tak mungkin bisa dibaca oleh mata telanjang.
Yang tahu soal niat cuma Tuhan dan manusia yang bersangkutan. Pertanyaannya sekarang, sebagai makhluk hidup penuh keterbatasan, bisakah Pak Anies menentukan niat para peserta acara Jalan Sehat Nasdem di Pangkep..? Murni didasarkan pada perasaan sukarela mendukung dirinya sebagai capres..? Atau justru sebaliknya, hanya ingin dapat hadiah lewat undian..?
Seterusnya, dari gambaran tersebut maka tak bisa pula dikatakan para peserta merupakan kelompok “pejuang”. Kecuali dinisbatkan hanya pada persepsi Pak Anies pribadi demi kepentingan capres. Namun, jika yang dimaksud adalah pejuang sesungguhnya, yang bekerja penuh ikhlas tanpa pamrih, ya tidak bisa. Apalagi yang berhubungan dengan dunia politik sebagaimana saya singgung diatas.
Pada beberapa tulisan terdahulu, berkali-kali saya tunjukkan soal pernyataan para politisi yang sering tak sesuai antara pembicaraan dengan fakta. Satu peristiwa dikabarkan sebagai positif. Padahal sebenarnya negatif. Di katakan baik. Padahal realitanya buruk. Faktanya buruk, tapi dikatakan baik. Demikian seterusnya dilakukan berulang-ulang.
Demi apa..? Apalagi kalau bukan untuk kepentingan menjaga image. Kita sudah maklum. Bahwa bagi para politisi, membentuk sekaligus menjaga citra merupakan hal utama. Bahkan harus dikedepankan. Maka tak heran, jika ada politisi yang kebetulan tertimpa aib atau musibah, sebisa mungkin disembunyikan. Jangan sampai keluar jadi konsumsi publik. Agar tak menjatuhkan nama baik. Karena ada pengaruh terhadap stabilitas suara.
Hanya saja, tinggal bagaimana pandai-pandainya mencari kemasan. Perlu digunakan bungkus yang sangat-sangat rapi. Sehingga, apa yang diungkap ke publik jadi samar. Kalau perlu tertutup sama sekali. Sesungguhnya pencitraan. Namun orang melihatnya sebagai perbuatan apa adanya. Nataural. Maka disinilah perlu kepiawaian diplomasi seorang politisi. Makin cerdas memilih kata dan menyusun kalimat, tambah bagus buat menjaga kesan.
Bagi sekelompok orang, pernyataan Pak Anies di atas mungkin kelihatan apa adanya. Tapi maaf. Bagi setidaknya saya pribadi, jika dikaitkan dengan diplomasi politik, kelihatan terlalu kasar. Jadinya, mudah ditebak arah dan tujuan sesungguhnya. Kemana itu..? Untuk menunjukkan pesan politik. Bahwa para peserta Jalan Santai Partai Nasdem merupakan pendukung setia Pak Anies yang benar-benar ikhlas memberikan support. Bukan demi yang lain. Apalagi cuma hadiah undian.
Andai pilih kata dan susun kalimat lebih halus lagi, akan lebih bagus buat menunjukkan kesan bukan pencitraan. Misal, sampaikan saja kalau sedang mengikuti acara Jalan Santai Partai Nasdem. Tak perlu ada tekanan pada kalimat para peserta datang dengan sukarela. Apalagi hingga disebut sebagai para pejuang. Sebuah sosok yang teramat mulia sekali.
Apalagi faktanya, memang ada iming-iming hadiah. Agak sulit, untuk tidak mengatakan mustahil, mengklaim kehadiran para peserta termotivasi bukan karena itu. Bisa dapat sepeda motor dan mobil serta pergi umrah, hanya pakai modal kaki. Siapapun orangnya, pasti tertarik. Lepas dari kelompok mana yang mengadakan event. Capres atau bukan, tak perlu jadi pertimbangan. Yang penting dapat undian.
Diplomasi pencitraan yang terlalu kasar, dapat memunculkan kesan terbalik. Awalnya ingin di persepsikan bagus, malah jadinya negatif. Kontra produktif dibanding tujuan sebenarnya. Tak bermaksud menggurui, Tim Kreatif Pak Anies, utamanya yang mengelola media sosial khususnya Twitter, perlu lebih dalam lagi menyelami psikologi persepsi pemilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H