Anda pasti kenal Novel Bamukmin. Itu lho Wakil Sekjen Persaudaraan Alumni atau PA 212. Pengikut Habib Rieziq Shihab dan pendukung berat Anies Baswedan. Bersama tokoh oposisi pemerintah lain, dia aktif melontarkan kritik. Cuma sering ngawur. Tak pakai logika dan minim data. Jadinya terlihat asbun.
Termasuk baru-baru ini. Novel klaim dirinya banyak pengikut. Sangat bejibun jika dibanding beberapa politisi yang sudah eksis. Bahkan saking bejibunnya, hingga mengalahkan perolehan suara pasangan Jokowi-Makruf saat pilpres 2019. Halu atau bukan, tak usahlah dibahas. Yang menarik justru logika yang digunakan. Sangat dangkal sekali.
Dikutip dari Warta Ekonomi.co.id 28/10/2022, tokoh yang kalau bicara meledak-ledak itu mengaku punya pengikut sebanyak 130 juta orang. Hitungan diperoleh dari jumlah anggota PA 212 sebanyak 13 juta dikalikan 10. Katanya secara rinci, “perwakilan 13 juta itu boleh kita pukul rata. Satu orang mewakili 10 saja, artinya massa dan simpatisan 212 itu bisa 130 juta orang”.
Naah kebetulan. Salah satu diantara tiga kriteria Cawapres Anies Baswedan adalah dapat memberikan kontribusi dalam kemenangan. Masuk ini klaim Novel Bamukmin. Terlebih, Si Novel juga menyatakan sudah dua minggu keliling dan viral dimana-mana untuk jadi cawapres pada pilpres 2024. Klop sudah. Saran saya untuk Pak Anies, segera tangkap ini fenomena Novel. Agar tidak kedahuluan capres lain. Pilih Novel sebagai cawapres.
Dikutip dari sumber yang sama, pegiat media sosial Rudi S. Kamri mengaku heran atas klaim sepihak Novel. Dalam pandangan Rudi, Novel main logika statistik versi sendiri. Lebih lanjut, Rudi mentertawakan teori Novel yang kelewat pede. Jokowi-Makruf saja, tak sampai melebihi 100 juta. Maksimal yang didapat pasangan ini cuma 85 juta orang.
Tapi tak apalah. Meski ngawur kita hargai jerih payah Novel. Malah untuk sementara ini, saya ajak pembaca sekalian untuk sekali-kali ikut ngawur. Cuma bukan terhadap jumlah suara yang hingga 130 juta. Meski ikut teori Novel, ya juga harus ada batasan. Tak perlu melampaui batas. Kita cari sedikit yang masuk akal. Agar tak kelihatan terlalu bodoh.
Apa itu..? Penggunaan statistik model Novel sebagaimana dimaksaud Rudi S. Kamri. Nampaknya, secara teori klaim Novel masuk akal. Bahwa jika 13 juta dikalikan 10 hasilnya adalah 130 juta, adalah benar adanya. Siapapun tak ada yang bisa menyangkal. Ini persis hitungan matematika. Artinya, Novel mengukur prediksi suara politik menggunakan logika matematis.
Sementara itu, perkiraan jumlah pasangan calon yang akan berebut vox pop publik pada pilpres mendatang sebanyak empat kandidat. Namun lebih menguat hanya tiga saja. Kalau benar tiga, maka sama dengan komposisi pilkada DKI Jakarta tahun 2017 silam. Diikuti oleh tiga pasang calon.
Masing-masing adalah pasangan Agus Harimurti Yudhoyono–Sylviana Murni yang diusung oleh Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN. Lalu ada Basuki Tjahaya Purnama-Djarot Saiful Hidayat oleh PDIP, Hanura, Golkar dan Nasdem. Dan terakhir Anies Baswedan- Sandiaga Salahuddin Uno oleh Gerindra dan PKS.
Hasilnya, setelah melalui dua putaran yang ketat, pasangan Anies-Sandiaga menang pilkada DKI. Cuma sebelumnya kalah sama Ahok-Djarot. Pada putaran pertama, Anies-Sandi hanya dapat suara sebanyak 39.95%. Sementara Ahok-Djarot 42.99%. Sedangkan AHY-Sylvi 17.02%. Tapi pada putaran kedua, Anies-Sandiaga membalik keadaan. Pasangan ini dapat 57.96%. Lalu dibawahnya Ahok-Djarot 42.04%.