Bagi manusia, kekuasaan bisa mendatangkan kesenangan. Baik berupa fasilitas, kekayaan, kemewahan dan power. Cuma, kalau tak dapat mengelola dengan baik, apalagi kalah sama tarikan nafsu, kekuasaan justru menjerumuskan. Lebih jauh hingga mampu menjungkir balikkan fakta hidup. Dari yang awalnya diatas, lalu jatuh kembali meluncur deras ke bawah.
Dan itulah yang terjadi pada Gubernur Papua Lukas Enembe. Pejabat yang merupakan kader partai Demokrat ini tersandung kasus korupsi. Oleh KPK, Pak Gubernur di dakwa menerima gratifikasi sebanyak satu miliar rupiah. Sebuah nilai yang cukup dijadikan pintu masuk untuk juga menelusuri kasus lain yang kemungkinan dilakukan oleh Lukas.
Mengikuti tayangan program Sapa Indonesia Malam di Kompas TV 23/09/2022, tersaji data temuan PPATK. Bahwa terjadi penyimpanan dan pengelolaan uang yang tidak wajar oleh Gubernur Papua. Bapak pejabat ini dikabarkan punya rekening di sebuah kasino luar negeri yang nilainya mencapai 560 miliar. Juga ada temuan 12 transaksi mencurigakan yang mencapai ratusan miliar rupiah.
Tapi bukan hanya itu. “Prestasi” Pak Gubernur lainnya adalah dugaan kasus operasional pimpinan, dana pengelolaan Pekan Olah Raga Nasional atau PON dan pencucian uang. Ini semua sedang disidik serta didalami oleh aparat penegak hukum. Kalau nantinya terbukti, bisa jadi Pak Lukas ini satu-satunya pejabat asal Papua yang kena kasus korupsi cukup besar.
Siapakah Lukas Enembe..? Seperti apa perjalanan karirnya sampai menjadi seorang Gubernur..? Darimana pula asal muasal harta benda melimpah yang dimiliki, hingga dengan mudahnya foya-foya dan setor uang ke kasino..? Ini menarik untuk diungkap. Cuma, soal asal muasal hartanya biar penegak hukum saja yang mengungkap. Saya mau meneropong tentang sosok Pak Gubernur secara pribadi.
Disarikan dari berbagai sumber, nama asli Pak Gubernur adalah Lomato Enembe. Lahir di sebuah kampung pegunungan bernama Mamit, distrik Kombu, Tolikara Papua. Nama Lukas didapat sebagai penghormatan dan bentuk ke kristenan dari beberapa guru dan teman-temannya. Kalau melihat tempat lahir, Pak Lukas bisa disebut sebagai contoh teladan bagi anak pegunungan di Papua.
Ya benar. Jabatan gubernur yang diraih tidak diperoleh secara instan dan dukungan secara penuh sebagaimana biasa didapat orang kota. Tapi dihasilkan dari usaha keras langkah demi langkah penuh keprihatinan. Dari yang awalnya orang kecil, bertempat tinggal jauh di desa, lalu naik secara signifikan menjadi orang besar dan pindah tempat tinggal di kota. Sebagai pejabat tinggi daerah lagi.
Mundur kebelakang sejenak, Lukas kecil memulai pendidikan disebuah SD Mamit dan lulus pada tahun 1980. Ingin mencari pengalaman lebih luas, Lukas melanjutkan sekolah ke SMP Negeri Sentani di Jayapura. Pada masa itu, Lukas merupakan satu-satunya anak gunung yang diterima di SMP tersebut dan lulus tahun 1983.
Untuk jenjang sekolah menengah, Lukas menempuhnya juga di Jayapura. Lepas SMP, dia masuk ke SMA negeri 3 Jayapura. Lulus pada tahun 1986. Habis ini, barulah Lukas terbang keluar daerah. Masuk kuliah di FISIP Universitas Sam Ratulangi Manado dari tahun 1990 sampai 1995.
Demi menambah pengetahun dan meluaskan pengalaman, Lukas juga ambil pendidikan di The Christian Leadership And Second Linguistic di Cornerstore College Australia dari tahun 1998-2001. Selepas ini, lanjut ke Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Hukum Universitas Hasanuddin Makassar dari 2009 hingga 2011.