Cuma dari sisi sosial budaya atau sosbud, aksi kedua pengemudi baik Furtuner maupun avanza, lepas dari soal benar atau salah, menurut saya sama-sama kurang elok. Apalagi itu terjadi dijalan raya. Dimana tak ada komunikasi kongkrit yang bisa memastikan jenis kepentingan antar pengemudi didalam mobil. Kecuali hanya tanda-tanda tertentu seperti lampu sein misalnya.
Anda kebetulan setir mobil dan melihat kendaraan didepan kasih sein kanan..? Apakah anda bisa memastikan untuk tujuan apa pengemudi didepan tersebut berbelok..? Hendak cari restoran, apotik, masjid, ke kantor atau apa..? Kalaupun ditebak mau pulang kerumah menemui istri tercinta, jangan-jangan inipun tak pas. Benar memang hendak temui istri. Tapi istri yang kedua, bukan yang pertama. Naah, serba tak pasti bukan..?
Karena itu, saya menyarankan agar saat setir mobil dijalan, selain hati-hati, sebaiknya anda bersikap khusnudzon atau berbaik sangka kepada pengemudi lain disekitar anda. Ini lebih menguntungkan dan pastinya menyelamatkan anda dari perselisihan. Daripada punya persepsi buruk, yang ujung-ujungnya hanya membawa masalah.
Dalam pandangan saya, jika anggota TNI yang sedang setir Fortuner itu punya anggapan baik terhadap sikap pengemudi Avanza, saya yakin tak akan terjadi peristiwa penodongan pakai pistol saat sukses menyalip. Bahkan bisa jadi menambah kesadaran si tentara, bahwa menyalip dari sisi kanan dilarang karena hanya untuk emergency.
Sebaliknya demikian. Kalau pengemudi Avanza punya pandangan positif terhadap Fortuner nomor plat dinas di belakang, tentu si tentara saat itu juga bisa meneruskan perjalanannya dengan lancar.Â
Apa ruginya pengemudi Avanza kasih jalan di sebelah kanan. Siapa tahu mobil dinas tersebut betul-betul ada keperluan sangat penting dan mendesak. Jadinya, pengemudi Fortuner tak perlu pindah jalur hingga ke sebelah kiri hanya untuk kepentingan menyalip.
Lepas dari itu semua, todongan pistol sudah terjadi. Tak mungkin bisa ditarik ulang kebelakang pakai mesin waktu seperti terjadi di film-film misalnya. Maka yang perlu kita cermati sekarang adalah bagaimana menyelesaikan masalah tersebut secara proporsional. Yang salah tetap harus ditindak, siapapun dia.
Dan rupanya, respon para pihak yang terkait dengan masalah itu sudah memberikan jaminan akan ada penyelesaian. Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menyatakan siap menelusuri oknum penodong tersebut. Bahkan beliau menyampaikan terima kasih kepada masyarakat yang memberi laporan.Â
Jadi, mari kita tunggu saja langkah-langkah dari TNI. Semoga bisa diselesaikan dengan baik bagi kedua belah pihak.Â
Mengapa harus untuk kedua belah pihak..? Sebab kita sama-sama tak tahu apa maksud dan kepentingan masing-masing. Salam toleransi di jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H