Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kasihan Pak Samin, Ongkos Haji 100 Juta Dimakan Rayap

14 September 2022   09:07 Diperbarui: 14 September 2022   09:29 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang Pak Samin Dimakan Rayap, Foto Dok. Kompas.com/Labib

Tapi disamping itu, beliau sebenarnya juga tergolong sebagai muslim yang punya niat, tapi tak mampu melakukannya. Mengapa demikian..? Karena saat ini, Pak Samin sudah tak memiliki harta benda lagi untuk dipakai sebagai keperluan naik haji. Jadi, posisi Pak Samin sekarang sudah seperti muslim lain yang tak punya kewajiban melaksanakan rukun islam terakhir itu.

Baik ukuran ada niat tapi belum terlaksana karena terhalang, ataupun ada niat namun tak punya kemampuan melaksanakan, sama-sama bernilai positif bagi Pak Samin. Jika mengacu pada keduanya, maka Pak Samin sudah dianggap melaksanakan ibadah haji. Jika diukur dari yang terakhir, beliau ini sejajar posisinya dengan para jamaah yang sudah pulang dari melaksanakan ibadah haji.

Bahkan kalau melihat kondisi ekonomi Pak Samin yang tergolong bukan konglomerat, hanya seorang penjaga SD yang gajinya tak seberapa, keyakinan saya beliau ini tergolong sudah haji mabrur. Walaupun, sekali lagi, belum pernah menginjakkan kaki di tanah suci. Mengapa, karena niatnya untuk bisa datang ke Mekkah Madinah memerlukan usaha amat sangat berat. Disamping harus aktif menjaga sekolah, masih ditambah mesti buka kantin bersama istri.

Beda dengan konglomerat yang secara financial sangat cukup. Kalau yang ini, tiap saat bisa setor uang haji. Mau besok kek, nanti atau sekarang juga, tinggal datang ke Bank, beres dah. Bagi golongan ini, setor ongkos haji yang jumlahnya cuma puluhan juta, merupakan hal sepele. Tapi sebaliknya bagi Pak Samin, uang puluhan juta mesti diperjuangkan dengan cara mengencangkan ikat pinggang seketat mungkin dan rajin mengumpulkan uang hingga tahunan lamanya.

Lepas kewajiban melaksanakan ibadah haji seperti Pak Samin, berlaku juga bagi calon jamaah yang sudah setor ongkos ke bank, namun belum juga berangkat, sebab ada ketentuan kuota dari pemerintah Arab Saudi. Kita sudah maklum, bahwa tidak semua umat islam seenaknya bisa berangkat kapan saja ke Arab Saudi untuk berhaji. Karena ada keterbatasan tempat, mereka harus tunggu belasan hingga puluhan tahun.

Naah, golongan muslim seperti mereka ini, kalau pada suatu ketika (naudzubillah semoga kita panjang umur) meninggal dunia dan belum sempat berhaji, maka menurut saya posisinya dihadapan Allah sebenarnya punya nilai yang sama dengan seorang muslim yang sudah pernah melaksanakan syarat dan rukun haji di Mekkah Madinah.

Jadi, bagi Pak Samin dan kaum muslimin yang sudah punya kuota haji, tak perlu resah dan khawatir jika hingga saat ini belum berangkat akibat ada batasan. Biar dah nunggu sangat lama. Itu tak mengapa. Karena hakikatnya anda semua sudah gugur kewajiban. Jika masih bersikeras tetap berangkat perkara ingin sekali ziarah ke makam Nabi Muhammad, laksanakan saja ibadah Umroh. Saya kira, ini sikap terbaik daripada menyesali uang yang sudah kadung disetor namun belum ada kepastian kapan dipanggil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun