Tulisan ini terinspirasi dari tukar pikiran saya bersama beberapa teman medsos, baik WA maupun Facebook, tentang Perayaan Tahun Baru Hijriyah. Ini bermula dari tulisan saya di Kompasiana berjudul "Tahun Baru Hijriyah, Antara Hijrah Dan Cinta Tanah Air". Dari berbagai alur tukar pikiran dan materi, saya sarikan dalam bentuk dialog imajiner.
Mengapa saya sebut dialog imajiner..? Karena didalamnya tidak ada kebenaran mutlak. Kecuali sudah merupakan ketentuan dari Allah SWT. Ukuran yang bisa dipakai cuma logis atau tidak. Tentu didasarkan pada kaidah keilmuan dan akal pikir. Bukan karena emosi, apalagi kebencian. Untuk jelasnya, mari kita simak dialog tersebut. Untuk personifikasi, yang melakukan dialog adalah Teman dan Saya.
Teman
:
Yang suka bid'ah memang sering buat kegiatan atau ritual aneh-aneh.
Saya
:
Penuding bid'ah memang suka buat fatwa aneh-aneh. Katanya segala sesuatu harus berdasar dalil. Tapi saat melarang perayaan Tahun Baru Islam, dasarnya tidak ada. Pertanyaan saya, mana dalil yg mengatakan bhw perayaan Tahu Baru islam dilarang.?
Teman
: