Namun masalah tersebut dapat dianalisa secara logis. Selain pertimbangan fasilitas dan kemampuan, juga dilihat dari latar belakang. Guna mengetahui sifat-sifat dasar yang selama ini ditunjukkan dan faktual diketahui orang. Dari sini, bisa dipahami, apakah yang bersangkutan memang sudah terbiasa "lari dari hutang", atau tidak. Ataukah ada faktor lain yang jadi penyebab. Misal, meskipun sudah punya gaji tinggi dan fasilitas ada dimana-mana, namun tetap tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup. Karena keluarga yang harus dibiayai, tidak cuma satu. Tapi ada dua misalnya. Apakah memang demikian yang terjadi pada Pak NP, sehingga tidak merasa malu terus-menerus ditagih hutang janji dan uang..?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H