Disisi lain, tak bisa disangkal bahwa Jokowi punya kemampuan menggerek suara capres. Mengingat, hingga saat ini, pengakuan masyarakat Indonesia terhadap keberhasilan beliau memimpin Indonesia terbilang cukup stabil. Meskipun terjadi penurunan dibanding periode sebelumnya, namun nilai kepuasan itu masih  ada dikisaran 58,1 persen (Kompas.com, 17 Mei 2022). Tidak menutup kemungkinan, jika kondisi kembali normal seperti ketika belum ada pandemi dan krisis perang Rusia-Ukraini, nilai kepuasaan tersebut akan meningkat lebih tinggi lagi.
Jika demikian, maka capres yang didukung Jokowi, akan menerima limpahan predikat sebagai penerus beliau. Suaranya bisa menguat. Karena ada rasa rindu terhadap gaya kepemimpinan Jokowi yang lebih senang memperhatikan nasib rakyat, dibanding kerabat sendiri. Dan itu akan dipersonalisasikan kepada capres dukungan Pak Jokowi. Hingga menjelang akhir masa jabatan pada 2024 nanti, nilai jual suara Pak Jokowi tetap menjadi rebutan. Baik untuk tujuan mendongkrak suara partai, maupun menaikkan elektabilitas capres 2024.
Sementara itu, di internal PDIP sendiri kelihatan masih galau. Fakta menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas Ganjar sangat kuat. Sementara Puan Maharani sendiri, yang digadang-gadang oleh sebagian elit partai untuk maju bertarung pada 2024, elektabilitasnya tetap stagnan. Mandeg. Jauh dibawah Ganjar.
Sudah saatnya PDIP mulai berpikir realistis. Hendak memaksakan trah keluarga biologis Sukarno maju bertarung di 2024 dengan konsekwensi tak dapat apa-apa..? Atau sebaliknya, legowo mendorong keluarga ideologis. Dengan harapan, dapat meneruskan ide-ide Sukarno yang selama ini sudah tergelar pondasinya. Ingat, menjalankan ide-ide Bung Karno itulah yang lebih utama. Ketimbang menyanjung seorang anak perempuan...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H