Jakarta, 27 Nopember 2010
Hari bersejarah bagiku. Untuk pertama kalinya, aku datang ke Jakarta bukan untuk urusan pekerjaan, bukan untuk urusan hajatan saudara, dan juga bukan untuk urusan melepas penat di sebuah spa di kawasan Kelapa Gading.
Kali ini, aku datang dari tempat yang jaraknya sekitar 800 kilometer dari Jakarta untuk satu dan hanya satu tujuan. Menghadiri Ulang Tahun Kompasiana ke 2 di MU Cafe, Kawasan sibuk Thamrin Jakarta.
**
Begitu aku masuk ke Lantai 2 Gedung Sarinah, aku bertemu sahabat Hadi Samsul. Jagoan Kompasiana asal Cianjur. Amazing!!! Untuk pertama kalinya, aku bersalaman dan saling menyapa dengannya di alam nyata. Bukan di alam maya, dan bukan di alam mimpi.
Sesaat sebelum masuk kafe, dua orang Kompasianer yang wajahnya cukup kukenal datang. Dia adalah Suri Nathalia dan Yayat. Aku langsung menyalami mereka. Suri Nathalia memakai topi yang sangat lucu dan menggemaskan. Topi yang hebat! Dan Yayat, aku tak pernah pangling secara foto pic-nya yang memakai baju/tshirt warna kuning sering menghiasi kolom Headlines.
**
Beberapa saat kemudian aku bertemu Babeh Helmi alias Helmi Budiprasetyo. Sungguh luar biasa bertemu dengan orang yang amat ramah dan bersahabat ini. Hei sobat! Aku ingin selalu ngobrol denganmu.
Aku langsung masuk ke kafe dan bertemu tiga orang yang duduk berdekatan. Aku teringat mereka karena sering nongol di Kompasiana. Mereka adalah Ccchgentong, Edi Santana Sembiring dan Ahmed Tsar Blezynski. Salam persahabatan untuk kalian, sobat.
**
Berikutnya, aku mengambil duduk di sebelah panggung. Bertemu dan bersalaman dengan Iskandar Zulkarnaen dan mbak Fahira Idris. Woo.. sungguh menyenangkan bertemu orang-orang terkenal ini. Kemudian aku bertemu dan ngobrol dengan Neng Tita, pemenang pertama iB Kompasiana Blogging Day beberapa waktu yang lalu. Sungguh tak kuduga jika dikau berasal dari Jatim juga ya Neng Tita. It’s great for ngobrol kita.. hehe.
Dan ada seorang lagi yang cukup kukenal namanya. Dialah Mbak Cinta yang datang jauh-jauh dari Semarang dan cukup baik hati dengan membagi jajanan kepadaku secara perutku masih keroncongan getuh.. Salam buatmu, mbak Cinta..
Tak berapa lama kemudian datanglah mbak Tantripranash dan malaikat kecilnya yang asyik main game. Halo mbak Tantri.. selalu kulihat tulisanmu dan profilmu, tapi baru kali ini bertemu darat. Salam persahabatan selalu.
**
Beberapa saat kemudian datanglah wanita yang cukup kukenal tulisan dan fotonya di Kompasiana. Dialah mbak Lintang yang datang bersama little angle-nya yang asyik karena memakai kaos yang ada tulisannya K. Kompasiana. Hebat dik. Aku suka tshirt-mu. Dan salam untuk mamamu, ya.. hehe..
Beberapa detik kemudian, aku terbelalak karena ada satu sobatku yang datang lagi. Sangat kukenal dia karena tulisannya yang indah sering kubaca. Dialah Zulfikar Akbar. Pemuda Aceh yang sungguh fantastis. Dia ngobrol banyak denganku. Aku salut dengan pengetahuan filsafat dan sastranya yang luar biasa. Salam selalu untukmu, sobat.. kita bersaudara.. dan yang paling unik, initial nama depanmu sama dengan namaku. Memakai huruf Z.
**
Tak lama berselang, seseorang yang memakai setelah hitam-hitam datang kepada kami. Wow.. dia adalah seseorang yang amat kukenal tulisannya. Dialah Herman Hasyim. Aku menyapanya dan berseloroh tentang tulisan Citizen Journalism-nya di mykompasiana yang amat panjang itu. Dan dia menjawab,”Mending memanjangkan tulisan daripada memanjangkan yang lain..” Wahahaha.. selera humormu aku suka, sobatku.
Seseorang yang nimbrung ngobrol sungguh belum pernah kulihat. Tapi akhirnya aku tahu setelah dia saling menyapa dengan yang lain. Hehe.. ternyata dikau adalah Zuragan Qripix. Salam kenal sobat.. initial nama depanmu juga sama denganku. Hehe.. always Z.
**
Sewaktu aku makan siang satu meja dengan Hadi Samsul, Yayat dan Suri Nathalia, aku melihat sosok yang tak asing lagi. Dialah Engkong Ragile. Aku buru-buru menyalaminya secara tulisan beliau kocak abiss. Bahkan, akhir-akhir ini beliau cukup intens menulis guyonan rombongan orang kenthir. Hehe.. salam takdzim untuk Engkong..
Beberapa saat kemudian, aku juga bertemu dengan manusia yang asyik juga. Aku mengenalnya karena dia pernah membuat indie publishing di nulisbuku.com. Siapa lagi kalau bukan Andi Gunawan. Aku mencoba melihat buku hasil karyanya yang berjudul Kejutan. It’s great! Aku sungguh salut dengannya. Dia membuat self marketing juga. Go ahead, kawan Andi Gunawan..
**
Aku mencoba melirik salah satu meja yang lain dan duduk di sana. Ternyata, aku bertemu mas Pepih Nugraha dan mengobrol sebentar dengan beliau. Tidak begitu lama tapi sangat membekas secara selama ini mas Pepih hanya kukenal lewat pic dan tulisannya saja.
Ketika aku mengatakan pada beliau bahwa aku datang jauh-jauh dari Ponorogo, beliau sangat respek. Mas Pepih juga menginginkan adanya komunitas Kompasianer di daerahku, dan menginginkan agar kompasianer di daerah mengadakan acara-acara yang mendukung. Beliau siap untuk datang jika diundang dan memberikan pelatihan-pelatihan Citizen Journalism. Kujawab, insya allah mas.. kami bersemangat sekali dengan ide mas Pepih ini.
**
Beberapa nama akrab juga kulihat di MU Cafe itu, namun aku belum sempat ngobrol dengan mereka. Mereka adalah ibu Linda Djalil, mas Jodhi Yudono dan mas Amril Taufik Gobel. Untuk nama terakhir itu, aku sebenarnya sudah mengenal cukup lama di alam maya. Terutama ketika dia menulis perihal lagu-lagu yang romantis yang tak terlupakan di blog pribadinya.
Juga yang kuperhatikan dari jauh, yang selalu sibuk adalah mas Dian Kelana. Sambil membawa kamera, mas Dian Kelana keliling kesana kemari untuk menangkap momen yang penting.
Ada juga yang duduk di deretan sebelah panggung MU Cafe. Sayang sekali, aku belum sempat ngobrol dengan mereka. Tapi aku mengenal mereka. Mereka adalah Yusran Darmawan bersama ibu, juga mbak Yunika Umar. Salam persahabatan selalu untuk kalian..
**
Ketika aku mencoba pindah ke meja yang lain, tak kusangka aku bertemu dengan nama yang cukup akrab. Dialah Hazmi Srondol. Segera kusapa dia dan kami berpelukan. Secara pelukan, entah kenapa orang ini pelukannya hangat sekali. Salam persahabatan untukmu, mas Srondol..
Tak berapa lama kemudian aku juga bersalaman dengan ‘orang besar’. Dialah Widianto H. Didiet yang pernah memasang pic dengan tema badut. Salam persahabatan untukmu mas Didiet. Kulihat, dikau membawa kamera dan memotret para kompasianer, termasuk aku. Suka sekali dipoto olehmu Mas.. hehe..
**
Sambil jalan kesana kemari, aku juga bertemu dengan orang Marcomm Kompas yang selama ini hanya bisa mendengar cuap-cuapnya dari jauh. Dialah mas Hizkia Berdiza. Aku mendekati dan menyapanya. Halo Mas Hizkia..
Mas Hizkia menyambutku ramah. Tapi dia bilang sangat sibuk dan semalaman tidak tidur. Hebat mas.. secara pekerjaan, aku melihat dedikasi yang hebat pada mas Hizkia. Terutama untuk pekerjaan Ultah Kompasiana ini..
**
Tak lupa aku juga bertemu Om Jay, ‘orang besar’ lainnya. Om Jay yang tulisan-tulisannya hebat itu mengaku agak telat dengan acara ini. Gak papa Om Jay. Yang penting, datang dan aku bisa menyapamu. Beliau sedang ngobrol dengan mas Trihito Eribowo yang namanya juga kukenal lewat postingan bolanya. Viva bola, mas Trihito..
**
Tapi sungguh aku kecewa karena ada kompasianer yang kucari-cari tapi tak ketemu. Padahal, namanya muncul di daftar peserta yang mendaftar di acara ini. Dialah Inge. Aku mencari Inge dari sudut meja ke meja lainnya. Dari sudut kursi ke kursi lainnya.
Aku juga mencari Inge ke toilet. Mungkin dia lagi bersembunyi di toilet. Ternyata juga nggak ketemu. Kucoba naik ke lantai atas panggung, tempat J Rocks nongkrong. Mungkin Inge menyamar menjadi tukang make up anak band. Ternyata juga nggak ketemu.
Aku turun dan mendekati meja bar. Ada seorang wanita yang sedang mencuci gelas-gelas yang kotor. Kupikir.. pasti Inge sedang menyamar menjadi tukang cuci gelas nech.. Aku langsung menyapanya,”Hai Inge..!!” Wanita itu berbalik, dan oh.. ternyata juga bukan.
Dimana ya Inge? Aku tak putus asa untuk mencari.
Di salah satu sudut cafe, aku melihat cewek yang membagi-bagi roti ulang tahun. Wah.. ini pasti Inge. Setelah kudekati, ternyata juga bukan. Dengan semangat membaja, aku mendatangi mas-mas admin. Aku menanyakan kepada mereka jika mungkin tahu keberadaan Inge. Mereka menjawab,”Coba mas dicari diantara meja-meja prasmanan makan. Mungkin dia disana lagi menikmati makan siang dan tak mau beranjak sedikitpun dari meja makan..”
Aku langsung pergi ke tempat meja prasmanan, dan entah kenapa dia tak kutemukan.
**
Aku lelah mencari hingga terduduk di sudut kafe. Tak kusangka, tiba-tiba aku didatangi seorang mbah tua berjenggot panjang. Mbah tua itu bertanya kepadaku,”Hei kisanak. Apakah kamu mencari seseorang yang bernama Inge?”
“Lhoh.. kok mbah tahu..?” aku mengernyit.
“Pasti tahu dunk secara mbah juga kompasianer, getuh.. “
“Lantas.. dimana Inge, mbah?” aku semakin penasaran.
Mbah berjenggot panjang itu menjelaskan,”Kamu pasti tak mungkin menemukannya. Inge bukan manusia biasa. Dia sungguh luar biasa. Mampu bergerak secepat kilat, dan mampu menghilang secepat siluman. Tadi dia memang datang ke MU Cafe ini, tapi hanya sebentar, kemudian menghilang dengan amat cepat karena agak kecewa..”
“Lhoh.. ngapain dia kecewa, Mbah?” tanyaku lagi.
“Dia mencoba mencari apakah ada penghargaan lain di Ultah 2 ini selain teraktif dan terpopuler..”
“Untuk apa mbah?”
“Ya sebenarnya dia ingin ada penghargaan lain dan mencoba mencari kemungkinan penghargaan itu jatuh kepadanya..”
“Kategori apa, mbah.. yang diinginkannya..”
“Kategori kilometer terpanjang untuk komen hahahahahahahahah dan wakakakakaka.. dia sangat berharap untuk mendapatkan penghargaan itu..”
“Oohh.. “ [ ]
Salam Kompasiana,
Mr. President
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H