Dua orang yang berada di dalam barongsai melangkahkan kakinya bergantian, menyesuaikan dengan bunyi tabuhan. Tidak hanya melangkah, mereka juga melompat, merapatkan diri, menari, dan mengambil ancang-ancang ketika akan mengambil tempat pada ketinggian. Para penonton bersorak karena melihat sebuah kelincahan sang barongsai, melihat kecerdikan dan keuletan, melihat kegagahan dan keindahan. Sebuah gerak harmoni yang selalu memaksa para penonton untuk tersenyum dan berdecak kagum.
**
Bagi sebagian orang yang jeli melihat tontonan itu, pastilah terpikir bagaimana kompaknya dua orang yang menjadi nyawa sang barongsai. Disadari atau tidak, kekompakan adalah kunci bagi terwujudnya tari dan gerak yang indah. Kekompakan, yang berarti pula kebersamaan, adalah kunci harmonik bagi langkah gerak sang barongsai. Tak ada selisih kata atau pertengkaran diantara dua orang yang ada di dalam tubuh barongsai.
Meski mereka tidak memainkan gerakan yang sama, meski mereka berbeda dalam merapatkan kaki, karena tentu menginginkan gerakan barongsai sealami mungkin laksana barongsai yang benar-benar hidup, tetapi masing-masing memainkan peran gerak yang saling mendukung dan saling mengisi. Mereka saling mengerti dan saling memahami. Itulah kekompakan dan kebersamaan dalam perbedaan.
Andai saja bangsa ini banyak diisi oleh filosofi gerak sang barongsai. Alangkah indahnya. Alangkah hebatnya. Si kaya mendukung si miskin, si pejabat tidak lupa kepada rakyat dan masing-masing anak bangsa saling memahami, saling mengerti dan tidak mementingkan diri sendiri.
**
Boleh jadi, bagi penonton yang sedang menikmati tontonan barongsai, gerakan-gerakan itu terlihat sederhana dan mudah. Tapi coba tanyakan kepada kedua orang yang sedang ada di dalam barongsai. Mereka pasti mengatakan bahwa mereka tidak memainkan gerakan yang asal-asalan saja. Gerakan mereka, tidak asal geal-geol saja. Mereka harus berlatih, mereka harus memikirkan bagaimana semuanya berlangsung, dan mereka akan menggunakan kode-kode atau teriakan-teriakan tertentu pada gerakan yang lebih rumit. Mereka telah mengkomunikasikannya dengan baik selama latihan dan mereka memusyawarahkannya. Bahkan dalam situasi tertentu, ada pelatih dan pedoman yang digunakan bersama.
Begitupun indahnya dalam bayangan, jika negeri ini diurus oleh pemimpin yang tidak asal bicara dan tidak asal geal-geol saja dalam mengambil kebijakan. Setiap kebijakan, tentulah harus berdasar hati nurani dan peka terhadap keinginan rakyat. Tidak ada dalam sejarah negeri manapun para pemimpin dibenci dan dimaki oleh rakyatnya sendiri jikalau mereka memimpin dengan penuh amanah dan selalu menginginkan kesejahteraan bagi rakyatnya. [ ]
Gong Xi Fa Cai
Mr. President
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H