Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andai Aku Presiden RI Episode 71 – “Merayu (Part-5)”

6 Maret 2010   05:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:35 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tepat pukul 23.00 malam. Jamuan malam di Keraton Jogja telah berakhir. Aku sudah mohon diri dengan Sultan untuk melanjutkan perjalanan kami yang hanya semalam ini. Agenda yang istimewa di hari ulang tahun Putri Awan. This trip is about ”From sunset to sunrise”.

Simon buru-buru menghampiriku.

“Maaf, Mr. President. Bapak Direktur Utama PT. Kereta Api telah berkali-kali menghubungi saya..” kata Simon sigap seperti biasanya.

”Tenang saja Simon. Kita akan segera menuju stasiun..” jawabku santai.

Dan iring-iringan andong telah mengantarkan kami ke stasiun kereta api Yogyakarta. Selamat tinggal Jogja. Selamat tinggal Sultan. Sampai bertemu lagi di lain kesempatan. Jogja memang indah. Jogja memang membuat hati ini betah. Jogja selalu ramah. Jogja yang tak mungkin kulupakan sepanjang masa.

Saat kita sering luangkan waktu

Nikmati bersama suasana Jogja..

Hehehe..

**

Pak Direktur utama PT. Kereta Api langsung menyambutku begitu aku sampai di stasiun.

”Gerbong istimewa untuk Anda, Mr. President. Very-very special..” kata Pak Direktur bangga.

”Terima kasih.. Anda memang selalu sigap dan bijak.. ” jawabku santai saja.

”Nona Putri Awan.. silakan naik ke gerbong istimewa kami.. saya lihat, hanya Anda yang memang amat pantas untuk berada tepat di samping Mr. President. Selamat ulang tahun untuk Anda, Nona Putri Awan..” sambut Pak Direktur kepada Putri Awan.

”Terima kasih, Pak Direktur..” jawab Putri Awan tersipu.

**

Dan kamipun naik di salah satu gerbong. Begitu kami naik, sebuah live music sudah menyongsong kami. Hebat!! Kulihat ada dua vokalis, cewek dan cowok. Beberapa pemain lagi yang membawa gitar, bass, drum, eit.. ada ketipung segala.. dan yang satu dan malu-malu.. eh.. membawa seruling.

Gerbong ini didesain dengan panggung kecil dimana ada pemain-pemain musiknya yang berdandan ramai dan norak, karena mereka memakai baju-baju berwarna-warni, aneh sekali memang. Tapi, tak apalah. Yang penting mereka sanggup menghiburku.

Kursi-kursi sofa yang ada di depannya amat mewah. Berwarna selaras dengan dinding gerbong, tekstur kulit dan sponsnya amat manis dan empuk.

Kulihat juga beberapa pelayan menyapa kami. Mereka memakai baju ala room boy hotel, namun ada hiasan scarf di leher mereka.

Tata lampunya juga lain. Persis panggung musik. Tak ada lagi kesan bahwa ini adalah gerbong kereta api. Lampu berkelip dan memutar, berwarna merah, hijau dan biru.

Gerbong kereta api yang menggoda.. dan sebentar kemudian.. Jes ejes ejes.. tuuuuutttt... tuuuuuttt.. gerbong ini bergerak perlahan..

**

”Selamat datang, Mr. President. Kami dari barisan musik serba bisa, siap menyapa Anda malam ini..” sapa vokalis live music itu sambil segera melantunkan salah satu lagu.

Oooppss.. Lagu Dangdut..!! Ketipung yang bertalu-talu..

Selamat malam duhai kekasih

Sebutlah namaku menjelang tidurmu..

Bawalah aku dalam mimpi yang indah..

Dimalam yang dingin sesunyi ini..

Bukankah itu lagunya Evie Tamala?? Mengapa ini dangdut??

**

Aku senyum-senyum saja. Enak juga ada dangdut disini, pikirku. Tapi aku mencium pemandangan yang agak aneh. Putri Awan memain-mainkan jarinya di atas sofa. Telapak kakinya mengentak kecil ke lantai gerbong kereta. Hehehe.. rupanya dia menikmati musik dangdut ini. Apakah dia menyukainya??

”Partaiku selalu membela wong cilik. Dan musik wong cilik yang paling sensasional adalah dangdut.. aku selalu suka musik ini.. dan aku suka menyanyikannya..” celetuk Putri Awan.

Aku geleng-geleng kepala.

”Benarkah?? Benarkah begitu adanya?? Tidakkah tahun yang lalu aku bertemu denganmu di Java Jazz Music Festival??” aku berseloroh tak percaya.

”Hehe.. aku penggemar musik yang universal.. semua musik adalah pemicu hormon kegembiraan. Mengapa jika dangdut?? Bukankah musik ini sanggup menggerakkan jemari dan kakiku??” Putri Awan malah nerocos.

Oke kalau begitu, gumamku dalam hati. Apakah kamu pikir aku tidak suka berdendang dangdut??

**

”Saya menantang Mr. President berduet dengan Putri Awan. Apakah Anda sanggup?? Dengan musik ketipak ketibung kayak begini???” seorang MC meneriakiku. Gila! Apa boleh buat?? It’s time to show that I can be a good singer..

Tapi aku sungguh masih tak percaya. Ini diluar skenario awal. Aku hanya menginginkan para vokalis yang bernyanyi dan menghibur kami. Tapi ini tantangan baru.

Putri Awan menatapku.

”Aku heran sekali. Biasanya nyalimu besar jika ada tantangan. Tapi mengapa aku tidak melihat itu di malam ini??” celetuknya.

”Oke kalau memang itu yang kamu inginkan..” jawabku sambil berdiri dan meraih tangan Putri Awan.

**

Benakku melayang ke peristiwa sekian tahun yang lalu kala paman Arip, pamanku, adik ibuku, suka menyetel dangdut memakai tape recorder kawak bermerek JVC. Pamanku yang kuanggap kampungan itu ternyata suka memutar ”Kerinduan”. Aku hapal sekali lagu itu.

**

”Oke.. it’s amazing.. I believe that it can be an exellent song we can sing together..” teriak Putri Awan.

Dan kamipun mulai bernyanyi.. berduet dangdut diatas kereta api super-super eksekutif.

Betapa hati rindu pada dirimu

Duhai kekasihku..

Segeralah kembali..

Pada diriku..

Duhai kekasihku..

Aku juga rindu..

Kasih sayang darimu..

Aku juga rindu..

Lincah manja.. sikapmu..

Cihuuyyy.. dangduuutttt...

Seluruh kru kereta api, pelayan, dan pak direktur juga.. langsung berjoget mengiringi kami berdua yang sedang berduet. Mereka gembira dan menikmati malam ini.

**

Tiba-tiba.. lampu dan sound system padam. Secara perlahan laju kereta api juga melambat.. dan akhirnya berhenti. Aku kaget bukan main. Apakah ada sabotase untuk Mr. President?? Simon melakukan prosedur pengamanan nomor satu. Aku langsung dikepung banyak pengawal.

Tapi alamaaak.. tiba-tiba pula ada suara dari ujung gerbong. Sebuah parade oleh para pelayan dan kru kereta. Mereka menghidupkan lilin yang cukup banyak, berwarna warni, dan sebuah kue ulang tahun yang sangat indah berwarna putih. Ada tulisan I love U Putri Awan. Happy Birthday to You..

Serentak mereka menyanyikan lagu ulang tahun.. dan kami semua menirukan.

Happy birthday to you..

Happy birthday to you..

Happy birthday happy birthday..

Happy birthday.. Putri..

Tiup lilinnya

Tiup lilinnya

Tiup lilinnya sekarang juga

Sekarang juga.. sekarang juga..

”Tepat pukul 24.00. Hari telah berganti. Tanggal telah berubah. Inilah tanggal dimana Putri Awan benar-benar dilahirkan ke bumi.. ** tahun yang lalu..(hehehe.. ada bintang 2, rahasia sih soalnya..). Kami semua, mengucapkan selamat ulang tahun untuk Putri Awan yang cantik secantik awan. Indah seindah gumpalannya yang terbang.. lembut selembut sutra.. dia melayang di atas sana.. dia menutupi panas matahari.. dia membawa butiran air yang sejuk..” kata MC mengiringi lagu yang telah ramai ini.

Putri Awan tersipu, gembira, bahagia dan amat heran dengan apa yang dialaminya. Di atas gerbong kereta setelah Jogja. Dia menemukan dirinya. Dan dia menemukan Mr. President yang sanggup mengimbanginya untuk berduet dangdut.. hehehe..

BERSAMBUNG..

I love U all..

ZUHDY TAFQIHAN alias MR. PRESIDENT

narsis amat!!!!

yah.. begitulah!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun