Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andai Aku Presiden RI Episode 13 – “Tiga Kawan SMA”

15 Desember 2009   03:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:56 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku punya tiga sahabat semasa SMA. Kami pernah gokil bersama-sama pertanda keakraban. Bagi kami, ada simbol-simbol keakraban yang tak mungkin bisa kami lepaskan dalam pergaulan kami. Dan tiga sahabat SMA itu sekarang sedang berada pada perjalanan hidup mereka masing-masing. Satu orang menjadi pekerja seni. Satu orang bekerja kantoran. Dan satu orang lagi, jadi pengusaha tingkat kecamatan yang sukses. Dia punya toko besi yang laris. Satu-satunya dari kami berempat, yang menurut tiga kawanku itu yang paling beruntung.. adalah aku. Karena aku jadi Presiden RI. Presiden Republik Ini. Padahal, justru kupikir, akulah yang paling belum beruntung. Karena.. dari kami berempat.. akulah satu-satunya yang belum kawin. Jadi, belum pernah merasakan bagaimana menikmati hidup, bersama seorang wanita, dalam satu kamar.

“Mereka akan datang. Namanya.. Agus, Bambang dan Cecep. Tapi kamu nggak usah manggil make nama itu. Malah nggak familiar. Namanya yang benar.. Bogel, Kunthet, dan Kencus. Itu saja. Nanti sambut mereka, dan giring ke ruang VVVVIP. Terserah cara ngaturnya. Oke honey.. ?” kataku kepada Natalia.

“Anda tak perlu memanggil saya seperti itu, Mr. President. Saya seorang yang profesional. Saya tak ingin ada yang tak efektif dan tak perlu.” Cetus Natalia spontan. Aku semakin yakin bahwa hanya dialah satu-satunya wanita yang membuat jantungku bisa dag dig dug melebihi ukuran normal. Profesional, pemberani, tegas, dan punya prinsip. Selain itu, suka membantah dan tajam analisisnya. Teman diskusi yang hebat.

“Dengan gayamu yang seperti itu, aku semakin terpesona olehmu, Bidadariku..” kataku lagi.

Natalia melengos dan pergi.

**

“Waaa kakakaka.. Waaaa kakakaka Waaakakaka.” Kencus, Bogel dan Kunthet berkali-kali tertawa dan memelukku. Sekali-kali mereka juga mengumpat (misuh).

“Uasem. Duamput. Dadi presiden temenan yo awakmu.” Sapa mereka. (Artinya mereka sengaja mengatakan bahwa aku benar-benar jadi presiden, dan itu kenyataan).

“Sayang awakmu durung rabi. Dadi semono suwene iki, kur gondhal-gandhul ra ono gunane. Waakakaka..” (Artinya : Sayang sekali, kamu belum kawin. Jadi, sekian lama ini Cuma berayun-ayun tidak berguna sama sekali. Entah apa yang mereka maksudkan) Busyet!! Mereka benar-benar tak tahu etika bercanda dengan presiden. Maklumlah, untuk momen-momen seperti ini, tak ada lagi pemisah status. Aku dan tiga sahabatku masih tetap kawan akrab yang sama sejak dulu.

“Ayoo.. poto poto.. piye.. mbaleni poto kenangan jaman poto neng pinggir kolam renang kae piyee…!!” (Artinya : Mari foto bersama. Kita mengulang kenangan foto ketika sma waktu foto di pinggir kolam renang..)

Busyeeet!!! Jadi, kami memang punya pengalaman foto bersama di pinggir kolam renang dengan hanya memakai celana dalam saja. Dan mereka akan mengulanginya saat ini. Benar-benar ingin mengulainginya.. sebagai tanda keakraban. Sebagai simbol keakraban..

Aku.. setuju-setuju saja. Tapi…???? Dahiku mengkerut.

“Sebentar!!!” teriakku. “Aku sih setuju-setuju saja.. tapi.. Aku berharap.. foto ini memakai kamera pribadiku.. dan akan aku cetak dan bagikan kepada kalian bertiga.. kelak setelah aku tidak jadi presiden.. dan Bukan Saat ini!!! Gimana??”

Suasana hening. Kencus, Bogel dan Kunthet saling berpandangan, kemudian mereka memandangiku.

“Halah!! Dhekne wedi nek potone beredaaarrr..Terus mengko potone dadi kampanyene partai liyane.. iki presiden gak duwe sopan santun..” Sentil Kunthet. (Artinya : Halah, dia paling takut kalau fotonya beredar.. Terus menjadi bahan kampanye partai oposisi.. ini presiden tak punya sopan santun..)

“Iyo!! Paling wedi nek ketok tompel koyok gambar cicak iku paling.. isih kelingan pora.. neng pupune sisih kiwo..” sentil Bogel. (Artinya : Iya ya. Paling dia takut kalau ada tompel dengan gambar mirip cicaknya ketahuan.. masih ingat nggak.. itu di pahanya sebelah kiri..)

“HUSS!!”

“Waaakakakakaka..!!” kami berempat pun tertawa terbahak-bahak bersama..

[ PEACE.. ]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun