Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Foto Historis Kompasianer Kota Reog

5 Oktober 2011   13:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:18 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_139721" align="aligncenter" width="600" caption="---koleksi Fera Nuraini---"][/caption] Halo Kompasianer, Salam Kompasiana, salam persahabatan, salam sayang.. dari kami bertiga. Mungkin ini sedikit narsis saja. Tak asyik kalau tidak narsis. Sebab, tentu banyak orang yang ingin narsis tapi bingung bagaimana caranya. Bagi yang masih bingung untuk narsis, segeralah belajar. Wakaka.. Foto diatas ini amatlah bersejarah. Siapa sangka aku yang hanya pernah bertegur sapa dengan dua dedengkot kompasiana ini lewat alam maya, akhirnya bisa kesampaian bertemu dalam suasana akrab dan hangat. Kami punya sejarah kewilayahan yang sama. Kami memang berasal dari Kota Reog Ponorogo. Sobat Dimas Nur alias Nuraziz Widayanto berasal dari kidul alon-alon Ponorogo. Aku berasal dari desa Jenangan Ponorogo yang nduesone masih puoll dan Fera Nuraini, sang pejuang devisa berhati mulia ini dibesarkan di Sampung Ponorogo, sebuah wilayah yang selain ndueso, juga nggunung banget.. wakaka.. Sobat Dimas Nur malah satu SMA denganku, tepatnya adik kelasku. Fera Nuraini menyelesaikan sekolah menengahnya juga di Kota Reog. Dulu, kami mungkin takkan pernah bermimpi untuk menjadi Kompasianer, sebutan untuk orang-orang yang ngeblog di Kompasiana. Dulu, kami juga mungkin tak pernah bermimpi untuk 'bersua' di alam maya, dan malah kemudian bisa bertemu di alam nyata. Tapi inilah keadaannya. Kami memang bertemu dan saling bercerita 'dalam perspektif sejarah Kompasiana'. Kami mungkin takkan malu jika harus mengakui bahwa Kompasiana telah menemukan kami bertiga. Awal mula bertemu Dimas Nur adalah ketika sang perakit kata ini mulai aktif di Kompasiana dengan sebuah julukan khas Om Kopi, karena memang beliau adalah penggemar kopi. Alhamdulillah, beberapa saat yang lalu, Dimas Nur sempat main ke rumahku, dan tentu itu momen yang takkan mungkin kulupakan, karena pada malam itu, aku telah berhasil membuatkan sobat ini segelas kopi. Oh.. benar-benar mantabb.. Sosok Dimas Nur amat khas, dan sering nongkrong di tulisan fiksi, juga tulisan tentang renungan yang bermakna. Ketika aku ngobrol dengan master filem indie ini, sudah tak bisa kupungkiri bahwa Dimas memang inspiratif and cool. I swear babe.. hehe.. (Kapan-kapan ngopi lagi ya Dimas.. hehe) ** Beda Dimas, beda pula Fera Nuraini. Ketika jumpa pertama kali di Kompasiana, kesan pertamaku adalah bahwa tulisan Fera masih innocent, belum terpoles sama sekali oleh universitas Kompasiana. Kami sering bertegur sapa, dan bertukar fikiran. Beberapa tulisan Fera mulai menghiasi lapaknya yang sedikit demi sedikit bernas oleh tulisan-tulisannya yang orisinil. Sekarang, oh.. jangan lagi melihat hal biasa pada tulisan salah satu penduduk Negeri Beton ini. Tulisan-tulisannya enak dibaca, aktual, dan mempunyai ruh perjuangan. Kami amat bangga karena Fera adalah bagian dari entitas pejuang yang menggunakan senjata tulisan yang tajam di Kompasiana. Dan kami jelas bangga.. karena Fera berasal dari Kota Reog Ponorogo. Ciamik coyy.. Konon, Fera Nuraini juga menemukan seorang sahabat spesial di Kompasiana ini. Hehehe.. yang kayak gini, aku tidak mau mengulasnya. Hahahahaha.. ya sedikit ada cemburu.. duuuiiikiiiitttt.. wakakakak.. ** Dan manusia yang berada pada posisi tengah dari foto trio Kota Reog ini, tentu masih asing dan sulit terkenal meskipun sudah menjadi Kompasianer sejak 2009. Melihat dari tampilannya, dia memang biasa-biasa saja. Tak pernah muncul hal yang menonjol dari orang ini, kecuali tonjolan yang memang kudu disembunyikan. ... wakaka.. Ohhh.. tidak tidak. Orang yang ditengah ini mungkin sekarang sedang menjadi makelar kambing. Atau semacam broker baju daleman. Bagi kompasianer kawak, mungkin sudah tahu tipikalnya. Jorok, bertingkah, sok akrab dan selalu tak punya sopan santun dan tata krama. Wakaka.. Tapi ada satu hal yang ingin kusampaikan. Ini harta paling berharga yang kupunya. Hal penting itu adalah,"Aku masih ingin selalu berubah menuju lebih baik.. hehe.. dengan menyapa Anda semua.. Salam Persahabatan.. Salam Kompasiana.. " Salam Kompasiana (Lagi) Mr. President

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun