[caption id="attachment_135349" align="aligncenter" width="278" caption="--from google--"][/caption]
Ini pengalaman pribadiku. Jadi ini catatan ringan saja. Bukan sebuah tulisan argumentatif yang amat serius. Ini semacam catatan pribadi yang tak begitu penting, mirip seperti kaos singlet kotorku yang masih nyantol di balik pintu kos-kosan yang belum sempat kubawa ke laundry. Jadi, wahai kaos singlet.. tetap diamlah disana selalu.. aku tak akan mengganggumu.. wakaka..
Tahun ini aku memang mendaftar kuliah lagi. Tepatnya statusku berubah total dari yang semula pengangguran yang hanya suka menggoda anak gadis tetangga, kini menjadi mahasiswa yang tetap suka menggoda mahasiswi. Wakaka.. apa bedanya? Bukan coy.. kini aku sudah menjadi mahasiswa yang lebih serius. Benar-benar serius. Yakni mahasiswa pasca sarjana sebuah perguruan tinggi di Jogja. Nah.. manteb bukan? Ingat coy.. pasca sarjana. Jadi bukan lagi anak lulusan sma yang masih suka ngiler kalau tidur itu. Aku sudah lebih dewasa dan ternyata malah tidak hanya ngiler.. tapi juga mendengkur dan ngompol.. wakaka..
**
Dulu, selepas sma aku kuliah di Surabaya. Surabaya memang kota yang ramai dan asyik. Tapi panas dan nyamuknya itu yang bikin agak ilfil. Belum lagi air sumurnya yang baunya kurang sedap itu (di tempat kost ku dulu lho ya..di tempat anda mungkin lebih parah.. wakaka..).
Tapi itu sudah kenangan masa lalu. Kini aku kuliah di Jogja. Jogja memang sedikit mempunyai kelebihan dibanding Surabaya (jiakakak.. kok subjektif banget sich.. ya emang..). Kota Jogja adalah kota yang eksotis, romantis dan erotis. Wakaka..
Pertama yang kucatat, makanan di Jogja masih relatif murah. Terutama di lingkungan kost mahasiswa. Ya jelas dunk.. kalo mahal jelas kagak laku.. wong duit di kantong mahasiswa itu pas pasan. Kini, setiap hari aku harus makan di warung-warung di sekitar kampus dan di sekitar tempat kost. Dan satu-satunya teknik terbaik makan bagi mahasiswa adalah ‘yang penting kenyang’. Jika perut kenyang, maka tidur bisa nyenyak. Jika tidur bisa nyenyak, kemungkinan bisa mimpi basah naik menjadi 80 persen.. lhoh..apa hubungannya? wakaka..
**
Dua hari lalu aku kuliah sampai matahari tenggelam. Maghrib baru bisa pulang ke kosan. Kupikir daripada manyun, aku kepengin jalan-jalan. Sehabis mandi dan makan akhirnya aku memutuskan untuk keluyuran ke taman budaya Yogyakarta. Menurut info yang kudapat, ada acara musik mengenang maestro keroncong Kusbini. Jadilah malam itu aku malah menikmati acara pertunjukan keroncong dari anak-anak muda Chong Young.
Beberapa saat saja aku menikmati acara musik keroncong itu. Memang enak musik keroncong itu. Alunannya harmonik dan membikin orang bersemangat. Maksudnya bersemangat untuk tidur coy.. wakaka..
Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari taman budaya meski acara musik itu belum kelar. Aku malah langsung meluncur ke Malioboro dan menikmati sajian musik jalanan yang biasa mangkal disana. Suasana khas cukup menyengat di jalanan malioboro. Sesuatu yang tak pernah membosankan, tak pernah lelah dipandang.
Kusempatkan untuk nongkrong di salah satu gerobak sekuteng. Menikmati kehangatan, melepas penat otak setelah seharian dicekoki filsafat ilmu dan metodologi penelitian. Hmm.. mantap coy..
**
Jadi, banyak yang bisa didapatkan dari si Jogja ini. Ilmu pengetahuan karena aku kuliah, eksotisme kotanya yang ramah dan hangat, serta tentu saja segalanya masih murah, terjangkau dan merakyat. Kota jogja memang mooyyy.. kota pendidikan, kota budaya dan kota pariwisata.
Satu-satunya yang sementara belum kudapatkan di kota ini adalah seorang gadis jogja manis yang lemah gemulai, merah pipinya jika kugoda, suka mencubit dan pinter memasak gudeg. Wakaka.. [ ]
Salam Kompasiana,
Mr. President
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H