[caption id="attachment_119315" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Beberapa sahabat berbicara tentang Personal Branding. Ini terkait dengan spesialisasi seseorang mengenai tulisannya dan spesifikasi seseorang mengenai interest atau kecenderungan dalam menulis. Seorang kompasianer yang tertarik dengan acara balapan MotoGp, tulisan-tulisannya pastilah tidak jauh dari race, profil pembalap dan tentu saja analisis-analisisnya.
Kompasianer yang lain, mungkin interest dengan teknologi sehingga getol membahas bagaimana si Facebook berkembang, bagaimana Microsoft harus menghadapi kompetisi, apa produknya, bagaimana Android itu, dan seterusnya. Kompasianer lain, suka dengan sepakbola dan olahraga, menulis aktual mengapa Messi amat luar biasa dan mengapa Mourinho dikartu merah.
[caption id="attachment_119314" align="aligncenter" width="658" caption="---from google---"][/caption]
Kompasianer lainnya, interest dengan kasus-kasus TKI/TKW, membahas mengenai hukum pancung dan membuat analisis mengapa beberapa bayi TKW ada yang hidungnya amat mancung. Bahkan, ada kompasianer yang getol menulis perihal even tenis dunia. Apakah Federer bisa melaju, ataukah Nadal akan kalah, dan seterusnya meskipun mungkin saja dia belum tahu dimana letak pasti lapangan tenis indoor Senayan. Wakaka..
**
Entah mengapa, penulis cenderung melihat bahwa tulisan merupakan produk. Jadi, penulis adalah produsen, dan tulisan adalah produk. Sebagai sebuah produk, tulisanlah yang akan memegang brand dari sebuah entitas produk. Contoh yang gampang adalah jika kita membicarakan Air Mineral, maka kita lantas menunjuk Aq*a. Jadi, brand Aq*a memang amat melekat untuk urusan air mineral ini. Jika kita membicarakan vetsin, maka kita lantas menunjuk Ajino*oto. Maka jelas, Ajino*oto adalah brand yang sudah tertanam di otak mengenai urusan penyedap rasa ini.
Senada dengan itu, maka kita bisa mengatakan jika kamu menginginkan tulisan perihal MotoGp, maka langsung menunjuk kepada seseorang. Oh.. dia yang spesialis untuk itu. Jika kamu menginginkan tulisan teknologi, oh.. dia orangnya. Jika kamu menginginkan ulasan sepakbola, oh.. dialah orangnya. Dan seterusnya. Dan seterusnya.
**
Sebuah brand, tidak bisa didapat hanya sekejap. Brand yang kuat, akan muncul melalui proses yang panjang. Produk yang selalu meningkat value-nya, capaian sebaran produk yang luas, akseptabilitas konsumen, dan tentu saja iklan yang bombastis. Selain itu, brand yang kuat juga musti terjaga karena kompetitor juga akan bermunculan.
Bagi produk tulisan di situs social media, ini adalah tantangan terberat yang harus ditundukkan. Anda harus selalu membaca dan menulis suatu tema yang sudah menjadi brand Anda secara berkesinambungan, lebih jeli dan lebih bernas melalui analisis-analisis yang mungkin saja lepas dari mata banyak orang.
Kalau Anda sudah memiliki brand, maka jangan sampai Anda latah untuk menulis hal-hal diluar brand Anda itu. Sebab, tentu itu akan menunjukkan bahwa brand Anda mulai terkena polusi. Pasti ada orang yang berkata,”Nich orang biasanya nulis acara tenis.. eh kok sekarang membuat resensi novelnya Enny Arrow.. ” Wakaka..
**
Nah lantas, ada sebuah pertanyaan yang selalu menggelitikku. Terutama ketika aku sedang jongkok di kakus. Hai Mr. President.. kalau begitu, apa branding-mu, Mister??? Sebuah pertanyaan yang cukup tendensius.
Segera saja kujawab,”Aku tak pernah punya brand apa-apa selain diriku sendiri!!” Wakaka..
Iya benar. Branding diriku amatlah aneh, karena brand itu hanya disebut dan diukur oleh diriku sendiri. Dia adalah Mr. President, alias yo aku dhewe ngono lhoh...
Bolehkah aku punya pendapat seperti itu? Ya boleh-boleh saja. Ngapain tidak boleh. Siapa yang akan memancung diriku ketika aku punya pendapat seperti itu. Narsis is mine, isn’t it? Ngawur sekali bukan? Wakaka..
**
Meski mungkin ini menyimpang dari teori awal yang kubahas itu, tapi inilah kenyataannya. Tulisanku amat variatif begitu rupa. Tengok saja apa yang pernah kutulis. Tips hidup, curhatan spiritual, reportase kopdar, tulisan romantis, tulisan jorok tak karuan, tulisan cinta, tulisan fiksi, tulisan kenthir, tulisan aktual, kritikan pedas, coret-coret tak punya makna dan apapun juga.
Semua tulisan itu aku kemas melalui model ’easy writing, enjoy reading’. Jadi, nulisnya santai dan mudah, sementara bacanyapun juga enjoy saja, karena kuharap memang begitu. Tak perlu mengerutkan dahi atau mikir terlalu sulit.
So, mungkin aku hanya akan menjaga kontinuitasku saja dalam menulis di sosial media ini dengan tanpa spesifikasi atau spesialisasi tulisan. Karena itu, jika aku ditanya mengenai branding-ku, aku akan segera menjawab,
”Mr. President adalah sebuah brand, apapun tulisannya..
easy writing, enjoy reading.. Wakaka..” [ ]
Salam Kompasiana,
Mr. President
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H