[caption id="attachment_108439" align="aligncenter" width="229" caption="from google"][/caption]
Berapakah jumlah personil admin? Dan berapakah jumlah seluruh kompasianer? Silakan dibandingkan. Tulisan ini bukan bermaksud membela siapa-siapa. Tulisan ini hanya akan memberikan semacam jalan tengah agar fenomena ‘copy paste’ tidak menimbulkan polemik dan saling olok berkepanjangan.
**
Derasnya tulisan kompasianer memang tak bisa diragukan lagi akhir-akhir ini. Tercatat, tulisan baru yang nangkring tidak lebih lama dari sekitar 15 menit. Kecuali jika tulisan itu masuk kolom Highlight. Dia akan lebih lama beberapa saat. Jika masuk Headline, tak bisa dipungkiri bahwa tulisan itu akan tampil amat lama. Apalagi jika HL nya di waktu weekend. Nangkringnya lamaaa banget. Membuat kompasianer jengah dan muak!! Wakakaka..
Aku tak begitu paham bagaimana tulisan terbaru yang masuk itu dimoderasi oleh admin. Bagaimana caranya? Aku hanya membayangkan saja. Mungkin secara teknis mereka akan membaca tulisan itu satu per satu. Karena saking banyaknya tulisan yang masuk, tentu mata admin akan lelah. Jenuh juga iya. Tapi kupikir, mereka pasti memegang teguh prinsip profesionalisme. Mencoba bekerja secara maksimal sesuai dengan beban kerja yang ada. Meskipun mata para admin, tentu lelah dan capek.
Lantas, bagaimanakah dengan mata kompasianer? Sepertinya akan lebih kuat. Mata kompasianer adalah mata dari banyak mata. Mata gabungan dari banyak kompasianer. Mata kompasianer lebih awas karena dia bekerja kolektif. Dan jumlahnya tentu berjibun. Banyak sekali.
Jika sepasang mata kompasianer lelah dan terkantuk-kantuk di depan monitor di sebuah hotspot kafe di daerah Kemang, maka di belahan bumi lain pasti ada sepasang mata yang baru saja online di Kompasiana dan mata itu segar bugar.
Jika sepasang mata di wilayah tertentu menutup situs Kompasiana dan beralih ke situs playboy.com, maka di wilayah lain kemungkinan besar ada sepasang mata yang baru saja menutup situs youporn.com dan kembali memelototi Kompasiana. Wakakaka..
Jadi intinya, kompasianer tentu mempunyai banyak mata. Tak heran, jika ada tulisan yang terindikasi copy paste di Kompasiana, maka akan lebih banyak tulisan seperti itu ditemukan oleh kompasianer. Bukan oleh admin.
**
Tanpa harus menjelaskan secara lugas, semua juga tahu bahwa admin tetap akan bekerja sesuai dengan kemampuan mereka. Mereka tetap akan berusaha seteliti mungkin dalam memeriksa sebuah tulisan. Pernah beberapa hari yang lalu, aku memposting tulisan berjudul “Eek di Sungai”. Dan apa yang terjadi? Admin melihat judul itu terlalu ke-pede-an dan mengusik hati nurani. Wakakaka..
Akhirnya, Admin mengubah judul tulisanku itu menjadi “Pup di Sungai”. Nah.. admin jelas bekerja, bukan?
Pernah juga, aku ditegur Admin lewat sebuah pesan di inbox. Admin menegurku karena aku sering memasukkan tulisan fiksi ke dalam tulisan humaniora, hukum atau politik. Kata admin,”Hei mas.. tulisan sampeyan itu genre-nya fiksi. Jangan dimasukkan ke kolom politik atau hukum, donk?”
Hmmm.. aku manggut manggut saja. Wong memang aku yang keliru. Padahal, maksudku juga sungguh ingin tampil hebat laksana tulisannya mas Doddy Poerbo atau BocahNdeso.. dan lain-lain ketika itu. Kelihatan serius tentang politik atau hukum. Padahal, jelas-jelas aku hanya bisa nulis fiksi murahan yang selalu diobral seribu dapat tiga.. wakakkaka..
**
Yang terang tak terbantahkan, telah terbukti beberapa kali bahwa tulisan copy paste akan selalu ditemukan terlebih dahulu oleh kompasianer daripada ditemukan langsung oleh admin.
**
Berdasarkan kejadian-kejadian itu, aku hanya ingin agar penemuan copy paste ini mirip fenomena penemuan Pak RW yang ketangkap basah sedang berkencan dengan janda Sutini di sebuah rumah kosong yang sepi oleh warga Desa Tawangsari. Dan warga Desa Tawangsari secara bersama-sama menggiring pasangan mesum itu ke kantor desa terdekat.
Warga desa Tawangsari adalah kompasianer, dan kantor desa terdekat adalah admin. Jadi, warga Desa Tawangsari akan bekerja sama dengan kantor desa terdekat untuk mengambil jalan yang adil dan memuaskan semua pihak.
**
Admin bisa saja bertanya kepada kompasianer,”Hmm.. coyyy.. makasih yaa udah nemuin nich tukang copas.. enaknya.. kita apain nich tukang copas???”
Sayangnya, kompasianer lebih banyak yang berteriak daripada menjawab dengan kepala dingin.
“Dicubit aja mas admin. Cabe rawit apa cabe besar hayoo..!”
“Dijewer aja mas admin..”
“Dikentutin aja mas admin..”
“Dicemplungin ke septiktank..”
“Diselenthik kupinge..”
Sepertinya, teriakan yang diatas itu, masih lumayanlah. Daripada yang di bawah ini.
”Dikebiri aja mas admin..”
“Dipotong anunya aja mas admin..!”
“Sampai ngepok..”
Melihat semua usulan itu, admin harus segera memutuskan untuk mengambil tindakan terbaik apa yang harus diberikan kepada kompasianer yang jelas-jelas terbukti sudah meng-copas tulisan orang sak enak’e udele dhewe. Dalam bahasa inggris, as delicious as his belly button. Jika tidak begitu, bukan tidak mungkin teriakan-teriakan warga di atas bisa menjadi kenyataan. Hayo lhoohh.. Wakakaka..
Hadeuuhh.. [ ]
Salam Kompasiana,
Mr. President.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H