Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Universitas Malakut dan Skrip Silikon Part-1

27 Juli 2010   04:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:34 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jakarta, awal September di tahun kelinci, mendung menggelayut, kemudian hujan rintik-rintik menyapa jalanan dan menerpa sebuah mobil jeep berpenumpang empat orang. Jalan Gatot Subroto tidaklah begitu padat pada malam ini.

”Gue bingung nich.. musimnya yang memang berubah atau langitnya yang sedang menangis..” celetuk Lia Panalia Monic Sonatina Stardust yang duduk di jok depan di dekat tuan sopir yang hanya senyum-senyum kecut. Tuan sopir yang mengantongi kartu tanda pengenal dengan nama Ritchie Rexy Boulzee Mumtazania Mochtar hanya melirik wanita disampingnya yang berkulit putih, berambut pirang, berkuncir, berhidung mancung, dan bermata bulat.

”Terserah lo. Tak penting musim bagiku.” kata Ritchie datar. Rambutnya tetap rapi karena ia sering menyisirnya. Alisnya tebal, wajahnya oval, kulitnya sawo matang dan tentu saja banyak cewek yang mengatakan dirinya sebagai sosok cowok ganteng dengan doa-doa agar ’mudah-mudahan’ tidak playboy. Mata Ritchie kelihatan sayu, mungkin saja mengantuk. Boleh mengantuk asalkan..

”C I I I I T..” terdengar suara rem yang ditekan mendadak. Terlihat jeep itu oleng dan hampir menabrak sedan.

”Hati-hati, sayaang..! Hhh..” teriak Lia sambil mengelus dadanya. Kemudian menarik nafas panjang sementara matanya menatap si tuan sopir.

Ritchie tersenyum puas. Ia masih mendengar kata ’sayang’ dari wanita itu. Ia suka membuat Lia deg-degan, panas dingin, cemas, dan mengelus dada. Kemudian, seperti biasanya ia akan berusaha menghibur, dan merasa menjadi pahlawan. Trik yang sebenarnya sudah usang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun