"Lihatlah mata saya, Mr. President. Anda akan menemukan anak Anda yang belum lahir di bola mata saya.." kata Rahadjeng manis.
Busyet.. manis bangett..
**
Beberapa saat kemudian ajudanku memintaku turun kembali.
"Ada seorang putri yang datang tidak jauh dari sini. Namanya Putri Awan. Dia meminta Anda turun dan menemuinya, Mr. President." kata ajudanku.
"Aku akan segera turun.." jawabku kemudian.
**
"Kamu memberanikan diri melamarku. Apa yang bisa menarik hatiku, Putri Awan?" tanyaku penasaran.
Putri Awan adalah wanita impian. Ia layak melamarku. Ia adalah wanita terhormat yang mempunyai kedudukan dan status sosial yang mengapung di langit. Ia adalah anak ketua umum partai besar di negeri ini. Sayang sekali, partainya beroposisi dengan partaiku.
"Jika saya mendapatkan tempat istimewa di hati Mr. President, dan jika saya diberi kesempatan, dan jika Mr. President menikahi saya, itu berarti sebuah perkawinan politik yang sangat berpengaruh bagi demokrasi dan kekuasaan di negeri ini. Saya adalah sayap politik Anda di manapun berada. Sementara Anda akan mampu terbang kemana saja, memiliki keleluasaan membuat kebijakan, dan parlemen akan menjadi paduan suara yang membanggakan. Anda bisa berdiri di istana, tapi andalah dirijen paduan suara itu. Anda mempunyai hampir 70 persen suara di gedung parlemen." kata Putri Awan dengan nada meliuk-liuk.
"Kita bisa mengembangkan bisnis di setiap lini. Kita bisa masuk dan bermain di BUMN. Kita bisa main di perbankan. Dan kita juga bisa main di birokrasi.. tawaran yang bagus, kan?" lanjut Putri Awan.