"Apa yang baru saja kamu katakan itu kan.. aktifitas disiang hari.. bagaimana dengan aktifitas dimalam hari?" tanyaku antusias.
Rahadjeng bersiap menjawab.
"Mr. President. Saya akan menutup semua jendela jika senja telah menyapa agar angin malam tidak membuat Anda kedinginan. Saya akan menyalakan obat nyamuk agar Anda tidur nyenyak. Saya akan menghangatkan sayur dan saya akan melipat baju-baju. Kemudian, saya akan membersihkan diri, berdandan rapi, memakai minyak wangi, berhias memakai baju terbaik, dan saya bersiap untuk melayani Anda, Mr. President." jawab Rahadjeng.
"Jika pagi menjelang.. apa yang akan engkau lakukan, Rahadjeng..?" aku makin penasaran.
"Jika pagi menjelang, saya akan merebus air agar Mr. President bisa mandi dengan air hangat. Kemudian saya akan menanak nasi untuk sarapan, membuatkan kopi atau teh hangat, menyajikannya untuk Anda, Mr. President. Setelah itu, saya akan menyapu lantai, menyapu halaman depan, menyemir sepatu Anda, mempersiapkan baju kerja.. dan senyum tulus saya hanya untuk Mr. President.." jawab Rahadjeng dengan nada lembut dan manis.
Aku hanya manggut-manggut.
"Hmm.. kalau boleh nanya, bagaimana pendapatmu tentang anak, dan bagaimana pandanganmu mengenai pendidikannya?" tanyaku serius.
"Mr. President.. saya sangat ingin memiliki anak dari Mr. President. Saya mau berapapun Mr. President suka. 4, atau 6 anak juga tidak apa-apa. Saya akan tulus meramut mereka. Bayi-bayi kita pasti mungil dan menggemaskan. Akan saya bedong mereka, saya tunggui dan saya susui. Saya ganti popoknya jika basah, dan saya tidak suka memakaikan pampers. Saya lebih suka mengganti popoknya walaupun saya dalam kondisi terkantuk-kantuk. Sebab, itulah pengorbanan saya, Mr. President.." jawab Rahadjeng.
**
"Ya sudah. Aku akan berpikir dulu sebentar.. memikirkan keputusan apa yang terbaik untukmu, Rahadjeng.. " jawabku kemudian. Setelah itu, akupun naik ke singgasanaku lagi.
Tapi Rahadjeng ingin mengucapkan kata-kata perpisahannya.