Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andai Aku Presiden RI Episode 8 –“Sajak Cinta”

11 Desember 2009   17:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:58 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku presiden RI. Republik Ini. Dan aku masih sendiri. Banyak sekali sahabat wanitaku, dan mereka berlomba untuk menaikkan statusnya.. Dari sahabat.. jadi wanita terdekat.

Yang sedikit aneh.. kecantikan seorang wanita terkadang sangat unik dimataku. Seorang Putri Awan bisa sangat cantik jika sedang berorasi di depan ribuan kader partai orang tuanya sekaligus partai oposisiku. Dan dia amat sangat cantik jika kulihat datang kepadaku dengan membawa bacaan komik.. kesukaanku. Perhatiannya kepadaku membuat dia makin cantik.

Seorang Natalia, sekretaris pribadiku terlihat lebih manis dari madu arab jika dengan sigap memberikan schedule-scheduleku, mengingatkanku, dan memberikan usulan-usulannya yang cemerlang kepadaku.

Dan satu lagi.

Kini aku mabuk kepayang.

Berawal dari kunjunganku ke salah satu daerah minggu yang lalu untuk sebuah acara peluncuran bibit jagung unggulan.

Sebuah daerah yang sepi, sebuah dusun yang senyap. Bupati dan gubernur menemaniku santap malam. Konon, aku akan dijamu makanan dari kuliner yang khas, dengan pramusaji yang menyenangkan. Ternyata benar. Seorang gadis menghentakku kala dengan tangannya yang lembut dan prigel menyajikan secangkir kopi kepadaku. Rambutnya berombak, dengan dandanan kemben dan jarit ala Mataraman. Ia seperti putri keraton era Amangkurat. Kulit kuning langsat. Alis nanggal sepisan.

**

"Apakah bapak sedang jatuh cinta?" tanya Natalia.

"Ah.. tidak juga.." aku cukup pantas menolak pendapat sekretaris pribadi yang pemberani seperti Natalia.

"Lantas.. Bapak tadi corat-coret di kertas.. dan coretannya saya temukan di bawah meja." Kata Natalia sambil menyerahkan kertas berisi coret-coretanku ketika melamun. Waduh!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun