Mohon tunggu...
Healthy

Obat dan Proses Adaptasi Masyarakat

27 Mei 2017   17:23 Diperbarui: 27 Mei 2017   17:29 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Membahas kesehatan biasanya tidak lepas dari obat. Namun obat dapat dipandang dari banyak perspektif, diantaranya perspektif sosial budaya. Sebagian orang desa jika akan pergi ke dokter (puskesmas) bilangnya "akan suntik". Seakan akan jika pergi ke dokter tanpa mendapatkan obat, tidak ada gunanya. Di rumah sakit, pasien akan sukarela minum obat. Orang yng  sakit dan keluarganya sangat bersyukur jika sudah mendapatkan obat.

Di Indonesia, orang miskin sulit sekali menjangkau pelayanan kesehatan, contohnya mahalnya harga obat. Obat generik yang muraah dianggap tidak ada khasiatnya. Seharusnya tidak ada diskriminasi obat. Obat penyakit jantung untuk oraang kaaya harus sama khasiatnya dengan obat orang miskin. Sangat disayangkan, akibatnya "seakan-akan" penyakit jantung untuk orang kaya berbeda dengan penyakit jantungnya orang miskin. Orang miskin tidak terlalu berharap hidupnya sepanjang orang kaya, jika sakit.

Orang yang tua membutuhkan obat yang lebih banyak, karena secara alamiah banyak penyakit mulai "eksis" dan menggerogoti segalanya, dari tubuhnya hingga kantongnya, bahkan sampai tabungannya, rumahnya, atau tanahnya. Oleh karena itu menjadi tua ditakuti banyak orang. Untungnya masyarakat Indonesia sangat terampil untuk hidup dalam dua budaya sekaligus, yaitu antara budaya modern dan budaya tradisional, termasuk obat. Budaya modern tentang obat adalah periksa ke dokter, puskesmas, atau mencari obat di warung warung tertentu. Sedangkan budaya tradisional adalah minum jamu atau bisa diambil dari alam atau hewan tertentu misalnya, kumur kumur dengan air daun sirih atau makan empedu ular dll.

Masyarakat berharap obat yang dikonsumsinya membawa kesembuhan. Masyarakat ingin negara melindunginya, dari pemberian obat yang tidak proposional. Pemerintah perlu memberlakukan sanksi yang berat bagi siapapun yang melakukan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan mengenai obat. Di sisi lain upaya pendidikan masyarakat tentang rasionalias dalam mengonsumsi obat perlu dilakukan. Agar cepat sembuh, orang minum melampaui dosisnya. Masyarakat harus disadarkan bahwa perlu rasionalias dalam memanfaatkan obat. Negara juga perlu dibangunkan agar melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Pasien harus berani bertanya kepada dokternya tentang obat apa yang diberikan. Apa khasiatnya, dan yang paling penting apa efek sampingnya. Apotek harus memberikan piihan tentang obat bermerk atau obat generik. Kini perusahaan obat rajin beriklan. Di televisi setiap hari, pasti ada iklan obat. Di sisi iklan memberikan pedoman agar penonton tahu obat mana yang dibutuhkan untuk penyakit pusing, mual atau yang lainnya. Namun di sisi lain obat juga membahayakan jika dosisnya berlebihan atau salah menggunakan obat. Bisakah masyarakat memilih mana obt yang aman?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun