Pada bagian bagian 1 dari tulisan ini, setidaknya sedikit banyak anda sudah dapat memahami garis besar proses pembuahan, serta berbagai hal yang dapat menjadi penyebab infertilitas. Teknologi di bidang kedokteran reproduksi semakin maju, sehingga kita semakin memiliki peluang untuk dapat menelusuri penyebab infertilitas lebih detail dan melakukan penanganan yang lebih baik dan terarah.
Pada bagian sebelumnya, kita telah mengetahui berbagai pemeriksaan dasar yang penting yaitu pemeriksaan kandungan, ultrasonografi transvaginal dan HSG, serta analisis sperma bagi pria. Pada kasus tertentu, terhadap istri akan diperlukan tambahan pemeriksaan kadar hormon dalam darah. Dengan kadar hormon ini, dokter dapat lebih terarah dalam menelusuri adanya kecurigaan terhadap suatu kondisi tertentu yang ditemukan saat pemeriksaan. Sejumlah nilai kadar hormon tertentu ini dapat menggambarkan fungsi organ reproduksi anda, dan dapat menunjukkan apakah ada masalah yang menjadi penyebab infertilitas. Pemeriksaan hormon semakin dibutuhkan manakala dijumpai gangguan dalam siklus menstruasi, yaitu menstruasi yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Siklus haid yang termasuk dalam kategori normal adalah di kisaran setiap 21-35 hari. Selain itu pemeriksaan hormon juga dapat digunakan untuk memperkirakan cadangan sel telur yang dimiliki oleh seorang perempuan, yang dapat menjadi dasar dalam menentukan terapi dan memprediksi tingkat keberhasilannya.
[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Siklus menstruasi dan perubahan yang terjadi pada organ kandungan"][/caption]
Pada penanganan awal, dokter anda dapat memberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi pada saluran reproduksi anda. Beberapa kuman telah diketahui mempengaruhi kemampuan reproduksi seorang perempuan, salah satunya adalah kuman bernama Klamidia. Kuman Klamidia ini dapat hidup dan berkembang di saluran reproduksi, dan dan secara perlahan merusak struktur saluran indung telur (tuba falopi) secara mikroskopik, serta menghasilkan zat yang bersifat toksik. Keberadaan klamidia sulit diketahui dan sering diabaikan, sehingga diperlukan antibiotik untuk memberantas klamidia. Infeksi Klamidia dapat menimbulkan perlekatan pada organ kandungan, yang dapat menganggu struktur normal organ panggul. Selain antibiotik, suplementasi asam folat merupakan zat tambahan yang anda butuhkan selama berusaha memperoleh kehamilan.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Kuman Klamidia dan gangguan yang diakibatkannya"][/caption]
Setelah hasil pemeriksaan lengkap, maka dokter dapat mengevaluasi satu per satu.
Pada Hasil HSG, kita dapat mengamati struktur tuba yang baik, yaitu cairan yang dihembuskan ke rongga rahim akan melalui tuba yang sangat kecil dan memasuki rongga perut atau spill. Berarti, telur yang dilepaskan indung telur dapat melalui tuba ini. Tuba yang normal adalah tuba yang tidak mengalami sumbatan atau pelebaran. Kelainan tuba sering dikaitkan dengan kondisi infeksi yang pernah terjadi atau adanya peradangan menahun pada rongga panggul, seperti yang terjadi pada kasus endometriosis. Dokter anda akan mengevaluasi secara seksama, langkah apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan peluang kehamilan anda.
[caption id="" align="aligncenter" width="240" caption="Gambaran HSG normal : cairan kontras mengalir tanpa hambatan hingga terlihat adanya spill"]
Teknologi penanganan infertilitas telah berkembang sedemikian rupa, sehingga memungkinkan untuk melakukan pembuahan buatan. Proses ini dikenal dengan istilah In Vitro Fertilization (IVF) atau fertilisasi invitro (FIV). Dalam bahasa yang populer, proses ini disebut bayi tabung. Pada kondisi tuba yang tersumbat keduanya, maka tidak ada jalan lain selain mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh. Demikian juga ketika kita harus melakukan pengangkatan tuba yang melebar dan terisi cairan akibat infeksi (hidrosalfing), IVF lah jalan satu-satunya yang dapat ditempuh.
Mengapa tuba yang melebar harus diangkat, bukankah justru mempermudah terjadinya pembuahan di sana? Jawabannya adalah tentu tidak, saluran tuba melebar akibat terisi cairan infeksi dan peradangan, suatu kondisi yang tidak bersahabat dengan sperma dan sel telur, dan menyebabkan saluran tuba tidak dapat berfungsi baik. Pada titik tertentu dokter akan menganjurkan untuk mengangkat saluran tersebut.
Sebelum dilanjutkan, mari kita pahami bagaimana saluran tuba bekerja. Struktur dinding saluran tuba adalah sel seperti barisan rambut yang ukurannya sangat kecil, dalam mikron. Sel-sel ini bergerak secara ritmis dan teratur, yang membantu pergerakan sperma dan sel telur saat berada di tuba, sehingga dapat bertemu dan melakukan pembuahan. Setelah terjadi pembuahan dan pembentukan embrio, sel-sel ini pula yang berperan mengarahkan embrio untuk berjalan menuju tempat implantasi, yaitu endometrium. Apabila terjadi kerusakan, pada sel-sel tuba, maka proses menuju suatu kehamilan dapat terganggu.
[caption id="" align="aligncenter" width="240" caption="Gambaran HSG dengan tuba yang melebar akibat infeksi (hidrosalfing)"]
Lalu timbullah pertanyaan, bisakah seorang perempuan melakukan prosedur bayi tabung tanpa harus mengangkat tuba yang melebar ? Jawaban pertanyaan ini ada pada artikel yang khusus membahas tentang bayi tabung, tapi dapat dibahas sedikit di kesempatan ini. Pengangkatan tuba yang melebar (hidrosalfing) akan meningkatkan keberhasilan prosedur bayi tabung, karena dengan mengangkat tuba, berarti mengangkat sumber infeksi yang terus-menerus menghasilkan cairan yang beracun bagi sperma, telur maupun embrio.
Bagaimana apabila hanya ada satu tuba yang berfungsi, apakah masih terbuka kemungkinan terjadinya pembuahan secara alami?Jawabannya adalah iya, dengan satu tuba yang berfungsi baik,kita masih bisa mengharapkan terjadinya pembuahan secara alami.
Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas berbagai parameter dalam analisis sperma yang normal. Secara sederhana parameter tersebut meliput jumlah, kemampuan bergerak, dan morfologi. Oligozoospermia adalah istilah medis kondisi jumlah sperma yang kurang dari jumlah normal. Lalu kita kenal juga istilah astenozoospermia, yaitu pada sperma yang mengalami masalah dengan kemampuan gerak, dengan nilai motilitas di bawah normal. Selanjutnya adalah teratozospermia yakni kondisi di mana morfologi atau bentuk sperma yang mengalami kelainan lebih banyak dari batas normal. Ketiga kondisi di atas dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersamaan.
Pada kasus yang ringan, maka dokter anda dapat memberikan terapi multivitamin dan antioksidan. Pada kelainan yang sifatnya ringan, dan tidak ada sumbatan pada tuba, maka prosedur inseminasiintrauteri dapat menjadi solusi. Pada kondisi tertentu lainnya yang lebih berat, mungkin saja diperlukan penanganan oleh Spesialis Andrologi atau Spesialis Urologi, manakala diperlukan tindakan pembedahan.
[caption id="attachment_337278" align="aligncenter" width="300" caption="Berbagai langkah yang dijalani dalam prosedur bayi tabung (in vitro fertilization) *courtesy SMART IVF"]
Inseminasi adalah suatu proses tindakan reproduksi berbantu yang meletakkan cairan sperma yang telah diproses, sedekat mungkin dengan muara dari tuba.Hal ini akan dibahas lebih dalam pada tulisan bagian ketiga.
[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Proses Inseminasi intrauteri"]
Selain masalah tuba, masalah pada ovulasi juga memegang peranan penting pada seorang perempuan. Sebelum membahas ovulasi dan permasalahannya, saya akan mengajak anda memahami siklus haid dan kaitannya dengan kesuburan.Siklus haid yang normal adalah siklus yang teratur dengan jarak 21 hari sampai dengan setiap 35 hari.
Mekanismenya kira-kira begini, pada siklus haid 28 hari, calon telur akan mengalami ovulasi pada hari ke 14. Lalu, 14 hari kemudian, apabila tidak terjadi pembuahan, maka seorang perempuan akan mengalami haid kembali. Sejak ovulasi hingga haid hari pertama siklus selanjutnya adalah tetap, yaitu 14 hari. Namun, waktu yang dibutuhkan bakal calon telur untuk berkembang, yang terjadi sejak haid hari pertama adalah bervariasi. Rentang waktu inilah yang membuat siklus haid dapat memiliki rentang normal yang berbeda-beda setiap orang, yaitu 21-35 hari.
Gangguan ovulasi terjadi apabila terjadinya siklus haid lebih cepat dari 21 hari, atau lebih lama dari 35 hari.Bagaimana penanganan masalah ini ? Tujuan dari penanganan adalah mengembalikan agar ovulasi menjadi normal. Sejumlah obat-obatan memiliki manfaat ini, yaitu membantu pasien untuk dapat mengalami ovulasi, sehingga memiliki telur yang dapat dibuahi. Artikel ini tidak membahas jenis obat-obatan secara detail, karena akan membuat anda yang membaca akan bingung. Namun di artikel lain, kita akan membahas hal ini, secara mendalam satu per satu.
[caption id="" align="aligncenter" width="483" caption="Gambaran umum siklus menstruasi normal"]
Satu yang perlu diingat adalah bahwa setiap kondisi dan jenis terapi yang dijalani berkaitan dengan tingkat keberhasilan terapi, yaitu terjadinya kehamilan.Belum ada terapi infertilitas yang menjamin keberhasilan hingga 100 persen. Berikut penjelasannya.
Satu pasangan yang tidak mendapatkan terapi apapun, tetap memiliki peluang untuk hamil secara alami sebesar 3 persen. Dengan pemberian obat-obatan tertentu, peluang ini dapat meningkat hingga 10 persen. Tindakan inseminasi intrauterin meningkatkan peluang hingga menajdi 15 persen. Dan, tindakan bayi tabung atau fertilisasi in vitro memiliki tingkat keberhasilan yang paling tinggi, yatu 30-40 persen. Dengan kata lain, prosedur bayi tabung meningkatkan peluang hamil hingga 10x dibandingkan dengan tidak melakukan terapi apapun.
Tentu saja bila dilihat lebih dalam, peluang tersebut sifatnya individual, tergantung kondisi masing-masing pasangan. Yang perlu dicatat adalah bahwa peluang dan tingkat keberhasilan ini bukan saja terjadi di Indonesia, namun juga sama di seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H