Di Tepi Selokan Mataram
air di pelupuk mataku terjatuh
membelah kali Progo dan Opak
memandang punggungmu berlalu dari tatap
tinggalkan aroma nafasmu yang lekat
kupandangi wajahku dalam air kali yang beriak
pucat pasi kusut masai
tiga tahun lalu kaulambungkan puji puja cinta
hari ini kaubiarkan jatuh dan karam
di utara Yogyakarta, di tepi Selokan Mataram
kepingan hati kutinggalkan
kepungan ego kutanggalkan
aku hanya membisu dan diam
Menunggu Rama
menunggu kijangmu, Rama-ku
kuhalau kejut cinta sang Rahwana
menggelepar di tengah hamparan pohon kamboja
di bawah langit jingga Keputren Ratu Boko
lengangnya Paseban
menggiringku tetap bergeming;
“setialah selalu, dinda…”, katamu
ragaku melayang di atas rimbun alas Dandaka
berhambur dalam peluk Rama-ku,
air mata berderai jatuh
basahi dadamu, basuh rinduku
Bertelut di Ganjuran
di alas Candi Ganjuran,
kubertelut dalam hening
menjuntai doa dan mantra
bercakap dengan khalik dan semesta
di hati-Mu aku berteduh
di kaki-Mu aku bersimpuh
“Sampeyan Dalem Maha Prabu Yesus Kristus, Pangeraning para Bangsa”
titip rindu damai dan sejahteranya bangsaku
angin semilir bertiup
menggoyang delapan lilin di bawah tangganya
asapnya meliuk mengudara
seru doaku menyusup di antaranya