Mentari pagi itu terasa hangat, sinarnya menerpa permukaan pantai hingga berkilau-kilau. Debur ombaknya lembut memecah karang, menggulung hingga ke tepian pantai yang tampak bersih tanpa sampah-sampah berserakan. Angin pun berdesir membelai anak-anak rambut, sejuk dan meregangkan syaraf. Terbersit rasa syukur, karya Tuhan atas semesta ini memang patut dirawat dan dipelihara bukan hanya untuk sekadar dinikmati.
Pantai Lenggoksono, sebuah pantai yang terletak di pesisir selatan tepi Samudera Indonesia. Pantai yang masih alami ini merupakan surga tersembunyi yang menyimpan keelokan dan kemolekan alam tiada tara. Tak hanya pemandangannya yang indah, lebih dari itu ragam ikan yang terkandung di dalamnya seperti cakalang, layur, lobster, udang dan cumi-cumi juga sangat berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Tidak jauh dari pesisir pantai Lenggoksono, sayup-sayup terdengar suara nyanyian merdu gadis-gadis kecil kampung berkebaya diiringi irama lesung bersahutan yang dimainkan oleh tiga orang ibu. Puluhan anak-anak gadis kecil ini menyenandungkan theme song Kampung Berseri Astra Lenggoksono. Beberapa anak-anak lelaki berjalan dengan menggunakan egrang, sebuah permainan tradisional yang mulai terkikis.
Suatu pemandangan yang tidak hanya indah melainkan mengharukan kalbu, di mana era masa kini sangat jarang ditemui kerumunan anak-anak berkumpul untuk bermain, bernyanyi, berdendang dan memainkan permainan tradisional. Yang acap kali nampak, anak-anak Gen Z lebih banyak menghabiskan waktu dengan smartphone, media sosial, dan internet.
Dilansir dari laman BBC melalui Kompas.com, seorang pakar generational chohorts atau “pengelompokan generasi”, Dr. Alexis Abramson memaparkan bahwa meskipun kaya akan informasi, Gen Z mempunyai kecenderungan tergantung terhadap teknologi, menyukai hal yang instan, terkesan terburu-buru, dan mempunyai karakter keras kepala. Hal ini yang membuat seorang pemuda kampung di desa pesisir pantai nan jauh dari perkotaan menyelipkan mimpi-mimpinya.
Lahirnya Seorang Local Champion
Di sinilah, di dusun Lenggoksono, Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang seorang pemuda asli Lenggoksono lahir sebagai Local Champion SATU Indonesia Award 2017 yang diadakan oleh Astra Indonesia bernama Agung Triono.
Nama Agung Triono melambung sejak saat itu dengan mendapat anugerah menjadi 2 besar nasional, program lingkungan; konservasi dan ekowisata bahari yang berfokus pada potensi kelautan.
Berawal dari hal ini, Agung Triono mulai gerak cepat mewujudkan mimpinya untuk memajukan Lenggoksono yang konon dikenal jauh dari kata bersih dan indah. Sebelum adanya perubahan kampung secara besar-besaran, masyarakat tidak sadar lingkungan, terkesan kumuh, dan tidak ada penghijauan. Hal yang sangat miris adalah melubernya sampah yang dibuang sembarangan.
Sampah-sampah dibuang ke sungai, dibakar dan lebih miris lagi pantai pun tak luput menjadi sarana pembuangan sampah-sampah plastik. Hal ini yang membuat pemandangan pantai menjadi tak lagi elok dan indah. Masyarakat setempat yang menggantungkan hidup dari laut, menggunakan cara-cara yang berbahaya dengan menggunakan potasium yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut; mematikan ikan dan merusak terumbu karang.